Internasional

China Larang Siswa Muslim Hadiri Acara Keagamaan

Kamis, 18 Januari 2018 | 15:03 WIB

Beijing, NU Online
Otoritas pemerintah China telah melarang anak-anak Muslim di wilayah China Barat untuk menghadiri acara-acara yang bersifat keagamaan selama liburan musim dingin. Pemberitahuan larangan tersebut diunggah Biro Pendidikan setempat secara online. 
Dalam pemberitahuan tersebut, siswa sekolah Muslim di Kabupaten Linxia Provinsi Gansu dilarang untuk memasuki gedung-gedung keagamaan selama istirahat. Siswa Muslim juga tidak diperkanankan membaca Al-Qur’an atau teks-teks keagamaan lainnya di kelas atau di gedung-gedung keagamaan. 

Seperti dilansir Reuters, Rabu (17/1), keabsahan pemberitahuan larangan terhadap siswa Muslim tersebut belum terverifikasi. Pihak Biro Pendidikan di distrik setempat menolak untuk mengomentari keaslian pemberitahuan tersebut. 

Tidak hanya siswa Muslim. Pada musim panas lalu, di kota tenggara Wenzhou -dimana populasi umat Kristiani besar- siswa Kristen juga dilarang untuk masuk sekolah Minggu. 

Peraturan baru tentang urusan agama yang dikeluarkan otoritas pemerintah China pada Oktober tahun lalu, mulai diberlakukan Februari ini. Peraturan baru tersebut bertujuan untuk meningkatkan pengawasan pendidikan agama dan membatasi kegiatan keagamaan. Pemerintah ingin memperkuat propaganda dan ideologi politik negara bahwa China adalah negara ateis dan komunis.

Hukum Negara China secara resmi memberikan kebebasan beragama untuk warganya. Namun di sisi lain, Peraturan tentang Pendidikan dan Perlindungan Anak di bawah umur menyebutkan bahwa agama tidak dapat digunakan untuk menghalangi pendidikan negara atau untuk "memaksa" anak untuk memeluk agama orang tuanya.

Memang tidak semua wilayah dibatasi dalam hal ekspresi beragama, hanya di wilayah tertentu saja seperti Xinjiang dimana Muslim Uighur tinggal. Di sini, anak-anak Muslim Uighur juga dilarang menghadiri acara-acara keagamaan. Di wilayah lain, jarang komunitas agama yang mengalami pembatasan-pembatasan. Diduga, ini dilakukan pemerintah setempat karena mereka takut Islam akan semakin menyebar di sana. (Red: Muchlishon Rochmat) 


Terkait