Akhirnya, Pemerintah Saudi Izinkan Pengacara Perempuan
Kamis, 10 Oktober 2013 | 05:09 WIB
Jakarta, NU Online
Empat perempuan mencatatkan diri dalam sejarah setelah mendapat surat izin dari Kementerian Kehakiman untuk praktek hukum di pengadilan Saudi untuk pertama kalinya dalam sejarah negeri tersebut.
<>
“Keputusan menteri untuk memberikan perempuan Saudi izin praktek dengan nama kantor hukum mereka sendiri akan membantu mereka bekerja menghadapi hambatan, karena banyak perempuan lebih memilih berhubungan dengan pengacara perempuan,” kata Feriyal Al-Kinj, seorang pengacara perempuan kepada Arab News (7/10).
Keputusan ini telah ditunggu oleh banyak perempuan Saudi yang belajar hukum, tetapi tidak memiliki kesempatan untuk praktek hukum atau mewakili klien mereka.
Untuk menentang keadaan tersebut, perempuan Saudi meluncurkan kampanye sosial media pada 2012 dengan judul “saya pengacara perempuan” untuk mempertahankan hak perempuan menjalani praktek hukum.
“Izin ini dapat memberi kontribusi membantu pengacara perempuan bekerja dalam profesi mereka,” kata Bayan Zahran, seorang pengacara perempuan yang dikutip Arab News.
“Izin ini diberikan setelah pengacara perempuan memenuhi persyaratan praktek hukum di pengadilan negara. Langkah tersebut merupakan dukungan penuh dari Penjaga Dua Masjid Suci Raja Abdullah kepada perempuan Saudi,” tambahnya.
April lalu, Arwa Al-Hujaili, lulusan King Abdulaziz University Jeddah, diberi izin menjadi legal trainee.
Dalam tiga tahun, Al-Hujaili akan mendapat izin pengacara penuh.
“Dengan memberi izin pengacara perempuan, Saudi Arabia membuka kunci profesi ini bagi perempuan,” kata Eric Goldstein, kata deputi direktur Human Rights Watch Timur Tengah, April lalu pada Sydney Morning Herald.
Langkah ini bukanlah keputusan bersejarah bagi perempuan Saudi untuk tahun ini.
Sebagai tonggak sejarah dalam hak perempuan, Raja Saudi Abdullah menunjuk perempuan seperlima kursi Dewan Syuro akhir Januari lalu, yang memberi nasehat kepada pemerintah untuk pembuatan legislasi baru.
Pada 2011, dia memberikan hak bagi perempuan untuk memilih dan menjadi kandidat untuk pemilihan mendatang di tingkat lokal, yang direncanakan berlangsung pada 2015, dan menempatkan mereka dalam Dewan Syuro karena "Kami menolak memarginalkan peran perempuan di masyarakat Saudi dalam segala bidang,”
Peran gender
Pemberian izin bagi perempuan untuk praktek menarik perhatian tentang pengaruhnya dalam sistem pengadilan domestik yang mungkin bias dalam ‘ketidakseimbangan kekuatan’ pada perempuan.
Sistem pengadilan Saudi dilaporkan lebih mendukung ayah dan suami daripada perempuan dalam kasus perceraian, kata Bayan Zahran yang sudah mendapatkan izin.
“Pengacara perempuan akan bisa bekerja secara independen dari pengacara laki-laki, yang dikutip oleh Arab News.
Namun demikian, beberapa tantangan masih menghadang pengacara perempuan, termasuk diskriminasi di ruang pengadilan dan kebebasan perjalanan secara sendirian untuk menghadiri tuntutan hukum.
Menteri Kehakiman Saudi Arabia berencana membangun sebuah ruangan khusus untuk perempuan di pengadilan. Al-Kinj mengatakan akan ada tambahan lebih dari 2000 perempuan Saudi yang bekerja sebagai konsultan hukum di kerajaan ini.
“Sekitar 50 persen klien saya laki-laki,” kata Al-Kinj.
Untuk memverifikasi identitas pengacara perempuan, kementerian ini akan mengimplementasikan sistem sidik jari guna mengidentifikasi mereka tanpa membuka penutup wajahnya, seperti dilaporkan Reuters, Senin.
Sekitar 1.000 perempuan lulus Fakultas Hukum setiap tahunnya. Akhir tahun lalu, setelah dibuka seksi khusus bagia perempuan, jumlah mahasiswa yang mendaftar pada disiplin yang terkait dengan hukum meningkat di seluruh Saudi, seperti dilaporkan oleh al-shorfa.
Saudi Arabia telah banyak berubah sejak Raja Abdullah naik tahta pada 2005.
Norah al-Fayez menjadi perempuan pertama di pos kementerian pada 2009 ketika ia menjadi deputi di Kementerian Pendidikan untuk bidang pendidikan perempuan.
Selanjutnya, perempuan Saudi membuka penghalang ketika dua atletnya ambil bagian dalam Olimpiade London.
Pelari jarak menengah Sarah Attar mencatat sejarah pada 8 Agustus yang menjadi atlet perempuan pertama Saudi di lintasan dan di lapangan Olimpiade, hanya beberapa hari setelah Wojdan Shaherkani muncul dalam kompetisi judo. (onislam.net/mukafi niam)
Foto: al-shorfa