Baghdad, NU Online
Sebuah penelitian di Irak mengungkapkan, kematian terkait dengan perang mendekati setengah juta orang sejak adanya invasi Amerika Serikat tahun 2003, yang dilakukan oleh peneliti dari universitas di Amerika Serikat, Kanada dan Bagdad. <>
Baru-baru ini saja, menjelang peringatan Idul Adha, sebuah bom meledak di tengah jamaah di sebuah masjid Sunni di Kirkuk, yang menewaskan 12 orang, tiga orang anak, seorang polisi dan tentara diantara yang meninggal, sementara 26 orang lainnya terluka, seperti dilaporkan oleh AFP.
Jumlah ini jauh lebih tinggi dari laporan kekerasan sipil sebanyak 115,000 oleh Body Count, sebuah lembaga Irak yang berbasis di Inggris dengan basis data berdasarkan laporan media, rumah sakit dan catatan kamar mayat serta perhitungan resmi pemerintah dan lembaga non pemerintah.
Penelitian baru yang bekerja sama dengan Kementerian Kesehatan Irak ini, mencakup tidak hanya kematian akibat kekerasan, tetapi kematian yang sebenarnya bisa dihindarkan yang terkait dengan invasi, pemberontakan dan permasalahan sosial lain.
Kekerasan menjadi sebagian besar penyebab kematian, tetapi sepertiga diantaranya secara tidak langsung terkait dengan perang, dan kematian tersebut tidak dihitung dalam perhitungan sebelumnya, kata Amy Hagopian, seorang peneliti kesehatan publik di University Washington. Situasi ini mencakup wanita hamil yang menghadapi kesulitan pekerjaan tetapi tidak dapat meninggalkan rumah karena adanya pertempuran atau ketika seseorang minum air yang terkontaminasi, atau ketika pasien tidak mendapatkan perawatan karena staff sedang kewalahan dengan korban perang.
“Saya pikir penting bagaimana masyarakat paham konsekuensi memutuskan perang terkait dengan kesehatan publik dan bagaimana masyarakat hidup. Negara ini telah berubah selamanya,” kata Hagopian kepada AFP.
Tidak ada tempat yang aman dari serangan para militan di Irak, dan kekerasan telah mencapai satu tingkatan yang tidak terbayangkan pada 2008 ketika mulai terjadi kekerasan sektarian Sunni-Syiah. Bahkan penjara pun menjadi target pengeboman dalam beberapa bulan terakhir, sama dengan kafe, pasar, masjid, lapangan bola, acara pernikahan dan upacara kematian.
Serangan, baik pada Sunni atau Syiah telah menimbulkan kekhawatiran munculnya kembali pertumpahan darah sektarian yang menewaskan puluhan ribu orang pada 2006-2007.
Pemerintah telah melakukan langkah-langkah keamanan baru, dengan melakukan tindakan dan operasi yang lebih luas terhadap para gerilyawan selama lebih dari dua bulan, namun sejauh ini gagal untuk mengatasi kekerasan. (iina/mukafi niam)
Foto: Dailymail