Hal ini diceritakan oleh sahabat Jabir RA dalam Shahih Bukhari berikut ini:
Artinya, “Diriwayatkan kepada kami dalam Shahih Bukhari dari Jabir RA, ia berkata, ‘Bila melintasi jalan menanjak, kami bertakbir. Ketika melewati jalan menurun, kami bertasbih,’” (Lihat Imam An-Nawawi, Al-Adzkar, [Damaskus: Darul Mallah, 1971 M/1391 H], halaman 190).
Sementara dalam riwayat Bukhari dan Muslim, Rasulullah SAW dan para sahabatnya membaca takbir tiga kali saat menempuh jalan mendaki. Setelah itu mereka membaca doa sebagai berikut ini seperti riwayat Sahabat Ibnu Umar RA:
Lâ ilâha illallâhu wahdahû lâ syarîka lahû, lahul mulku, wa lahul hamdu, wa huwa ‘alâ kulli syai’in qadîr, âyibûna, tâ’ibûn, ‘âbidûn, sâjidûn li rabbinâ hâmidûn, shadaqallâhu wa‘dahû, wa nashara ‘abdahû, wa hazamal ahzâba wahdahû.
Artinya, “Tiada tuhan selain Allah yang esa, tiada sekutu bagi-Nya. Hanya miliknya keuasaan dan pujian. Dia maha kuasa atas segala sesuatu. (Kami) kembali, bertobat, menyembah, bersujud, dan memuji Tuhan kami. Allah menepati janji-Nya, menolong hamba-Nya, dan menghancurkan pasukan musuh sendiri.”
Imam An-Nawawi mengutip riwayat Ibnu Umar RA selengkapnya dari Bukhari dan Muslim sebagai berikut:
Artinya, “Diriwayatkan kepada kami dalam Shahih Bukari dan Muslim dari Ibnu Umar RA, ia berkata bahwa ketika berjalan mendaki pada perjalanan haji atau umrah–perawi berkata, ‘Aku tak tahu kecuali ia berkata perjalanan perang’–mendaki bukit atau sebuah tanjakan tajam/padang tandus, Rasulullah SAW bertakbir tiga kali, lalu membaca ‘Lâ ilâha illallâhu wahdahû lâ syarîka lahû, lahul mulku, wa lahul hamdu, wa huwa ‘alâ kulli syai’in qadîr, âyibûna, tâ’ibûn, ‘âbidûn, sâjidûn li rabbinâ hâmidûn, shadaqallâhu wa‘dahû, wa nashara ‘abdahû, wa hazamal ahzâba wahdahû.’ Demikian redaksi Bukhari. Riwayat Muslim juga serupa dengan itu kecuali tidak terdapat ‘Aku tak tahu kecuali ia berkata perjalanan perang,’ dan di dalamnya terdapat ‘Bila ia berjalan mendaki bersama pasukan atau tawanan, atau perjalanan haji atau umrah,’” (Lihat Imam An-Nawawi, Al-Adzkar, [Damaskus: Darul Mallah, 1971 M/1391 H], halaman 190).
Lafal zikir ini dapat menjadi alternatif bagi para pemudik atau mereka yang beraktivitas di jalanan seperti sopir. Wallahu a‘lam. (Alhafiz K)