Daerah

Wisata Syariah Potensi Tingkatkan Pertumbuhan Ekonomi

Jumat, 5 Mei 2017 | 11:00 WIB

Jombang, NU Online 
Keberadaan berbagai wisata yang berasaskan sistem syariah dianggap memiliki potensi besar dalam menarik para pendatang dari sejumlah daerah, termasuk turis, sehingga wisata ini juga memiliki potensi untuk menambah pendapatan ekonomi.

Hal ini diutarakan Rektor STAIN Kediri, Nur Hamid, pada acara seminar yang diselenggarakan oleh para Santri Tambakberas dengan tema "Das Sein Das Sollen, Blue Print Ekonomi Syariah dalam Menakar NKRI Harga Mati" di Auditorium Universitas KH Wahab Chasbullah (Unwaha) Tambakberas, Jombang, Kamis (4/5/2017).

Menurutnya, para turis yang selama ini menyukai wisata karena adanya 3 S yakni sea, sun dan sex, namun wisata syariah dapat mengalihkan satu S yaitu sex itu pada sesuatu yang dianggap menarik, misalnya berkeliling masjid sembari mencermati bangunan-bangunan bersejarah, melukis, menyediakan museum Islam yang juga dapat dikunjungi mereka. 

"Wisata go internasional itu biasanya diminati karena 3 S," jelasnya kepada para peserta seminar.

Ia membeberkan, Malaysia sudah lebih baik dari Indonesia dalam mengelola turis yang minat dalam wisata syariah. Padahal, lanjut dia, jika pengelola wisata di Indonesia berusaha lebih keras lagi maka bisa menguasai potensi tersebut dan akan membantu menambah pemasukan negara.

"Turis dari negara Islam lebih suka wisata syariah, mereka berani bayar mahal. Dalam masalah wisata syariah, Malaysia dua langkah di depan kita," tambahnya.

Lebih jauh, Letnan Kolonel Infantri M Sulis Setyono yang juga didapuk sebagai pembicara seminar mengungkapkan, perekonomian model syariah kini memang sedang menikmati masa jayanya. Berbagai lembaga hingga wisata disertai label syariah, seperti bank syariah, penginapan syariah, asuransi syariah dan seterusnya.

Pada kondisi ini Indonesia punya modal besar dengan jumlah umat Islam yang mayoritas dibandingkan negara-negara lainnya. Selain itu Negara Indonesia relatif aman dibandingkan Negara Timur Tengah.
Keamanan di Indonesia ini, menurutnya akan membantu perkembangan ekonomi warga dan negara. Investor tidak lagi khawatir untuk menanam modalnya di Indonesia.

"TNI berperan memberikan keamana negara supaya masyarakat Indonesia bebas untuk mengembangkan ekonominya," tandasnya.

Selama ini, pertumbuhan ekonomi di Indonesia belum begitu maksimal. Satu sisi banyak pihak yang memang tidak menginginkan pertumbuhan ekonomi kian pesat. Adanya isu dan ancaman proxi war yang dapat memecah belah rasa persatuan dan kebhinekaan masyarakat Indonesia terus dilakukan. "Banyak yang takut dan iri bila ekonomi Indonesia itu maju," pungkasnya. (Syamsul Arifin/Mahbib)


Terkait