Batang, NU Online
Wakil Bupati Batang Jawa Tengah mengatakan, kiprah santri dari zaman penjajahan hingga sekarang sudah tidak diragukan lagi, santri menjadi salah satu pelopor kedamaian mulai dari tingkatan masyarakat hingga nasional. Selain cakap dalam ilmu agama santri juga harus memiliki keterampilan (skill) dan melek teknologi.
Demikian disampaikan Wakil Bupati Batang Suyono saat membuka kegiatan Safari Ramadhan di Ponpes Al Muhtadin Bawang, Selasa (7/5) “Santri harus bisa menjadi cermin di masyarakat serta harus benar-benar memaksimalkan diri untuk mengabdi kepada nusa dan bangsa. Karena saat ini kita telah masuk Era revolusi industri 4.0 di mana semua serba canggih, modern, dan cepat,” ujarnya.
Lelaki asal Limpung ini juga mengatakan, santri adalah penyambung lidah antara kiai dan masyarakat. Oleh karenanya santri berkewajiban untuk terus mensyiarkan ilmu agama. Di samping mengedukasi kepada masyarakat tentang pentingnya menjaga persatuan dan kesatuan. Tak hanya itu budi pekerti juga harus selalu dicontohkan (unggah ungguh) kepada masyarakat bagaimana kita sebagai orang yang lebih muda harus menghormati orang tua.
“Indonesia terdiri dari 724 suku, dan berbagai adat istiadat yang ada untuk itu selalu gelorakan persatuan dan kesatuan sehingga Indonesia tidak bisa dijadikan rebutan oleh bangsa lain,” tegasnya.
Dalam rilis yang diterima NU Online, Kamis (9/5) Wabup Suyono menyampaikan, bangsa Indonesia adalah bangsa yang luar biasa, selain sumber daya alam yang melimpah juga selalu kompak dan solid dalam segala hal. Semua ini adalah berkat kerja keras, jerih payah, pengorbanan dari para pahlawan pendiri bangsa yang telah mengajarkan kesatuan persatuan kepada kita para generasi penerus.
“Sedikit gambaran negara di Timur tengah tidak ada suku yang banyaknya seperti di Indonesia, tapi kenapa mereka saling serang antar suku, karena di sana sangat minim tentang ilmu pengetahuan persatuan dan kesatuan,” tuturnya.
Suyono menambahkan, mulai dari sekarang generasi muda harus memperkokoh ideologi bangsa, Pancasila, NKRI, dan kebangsaan untuk menghindari perpecahan antar suku, sehingga Indonesia tidak menjadi rebutan bangsa lain. (Red: Muiz)