LHOKSEUMAWE, NU.Online
Setelah dua hari melakukan pencarian, empat dari lima korban 'rakit krueng Peuto', kemarin ditemukan oleh Satgas Muara Marinir bersama masyarakat setempat. Sedangkan seorang lagi, meski lokasinya sudah diketahui, namun belum berhasil diangkat karena cuaca buruk, dan tersangkut di kedalaman sekitar 10 meter.
Keempat korban yang ditemukan Senin kemarin adalah Nurjani binti Muharram, korban ditemukan sekitar pukul 07.10 WIB di Desa Mee Meureubo, tiga kilometer dengan lokasi tenggelam. Tiga jam kemudian ditemukan Sarmina binti Ramli (15) di Desa Lueng Baro, 2,5 Km dengan lokasi kejadian.
<>Jerit tangis keluarga tidak dapat dibendung di tepi sungai lokasi rakit penyeberang Trieng Pantang, bukan hanya warga desa, Hj Inayati Tarmizi A Karim, yang turutserta ke lokasi itu ikut bersedih dimana raut wajahnya merah karena menahan tangis.
Ketika jenazah korban diangkat dari dalam sungai, anggota keluarga langsung lemas bahkan ada terkulai sehingga harus dipapah. Namun demikian, mereka tak sanggup menunggu di rumah, dan ingin terus mencari bersama masyarakat. "Lon hana mangat ate meunyo di rumoh," kata Ny Latifah (38), salah seorang keluarga korban kepada Serambi sambil menahan tangis.
Atas usaha keras warga dan Marinir, pada pukul 11.30 WIB, warga kembali menemukan janazah Nurul Aflah binti Matsyah, juga di Desa Lueng Baro. Belum selesai dimakamkan korban ke tiga itu, korban ke empat bernama Nurfalita kembali ditemukan pada pukul 14.30 WIB di Desa Lueng Baro. Antara korban kedua, ketiga dan ke empat, hanya terpaut dalam radius 100-150 meter sedang diseret arus menuju laut.
Dalam investigasi beberapa wartawan ke lokasi sejak pagi sampai sore kemarin, masyarakat beberapa desa bersama marinir terus melakukan pencarian. Namun sejak Pukul 14.30 WIB, setelah jenazah Nurfalita diangkat dari sungai, hujan lebat mengguyur daerah itu. Selain masyarakat desa sekitar, warga daerah lain juga berdatangan. Bahkan tabung amal terlihat penuh dengan pecahan lima ribuan, hingga pecahan seratus ribu.
Kendati hujan lebat yang membuat pandangan mata terbatas, tidak melunturkan semangat tim pencarian, baik dari pihak masyarakat maupun dari Satgas Muara yang dipimpin oleh Lettu (Mar) Sitohang. Selain pencarian dengan boat karet Satgas Muara, di sepanjang aliran sungai terlihat masyarakat dengan berpayung daun pisang tekun berjaga-jaga di sepanjang pinggiran sungai. Sampai pukul 18.00 WIB, beberapa wartawan juga tekun menunggu pencarian seorang korban lagi yang belum ditemukan.
Camat Lhoksukon, Hasanuddin S Sos dan Komandan Koramil Lhoksukon, Kapten Ibrahim AH, pasukan Satgas Muara, dan sejumlah masyarakat, tadi malam sepakat supaya pencarian satu korban lagi diperketat dan dilakukan besar-besaran. Pasalnya, kata Hasanuddin S.Sos, hujan lebat yang mengguyur daerah itu dapat dipastikan sungai Peutoe (Keureutoe), naik hingga satu meter.
Akibatnya, pencarian kelima korban dengan cara menyelam, kata beberapa anggota tim Satgas Muara, menjadi benar-benar sulit. Air keruh itu menyebabkan jarak pandang dalam air kurang dari 10 sentimeter. "Semuanya harus meraba-raba," kata seorang anggota.Selain keruh, aliran air sangat deras. "Sungai itu sebelumnya memang lebih dalam, tapi sekarang tinggal sekitar enam-tujuh meter, namun arusnya sangat berbahaya," kata anggota Satgas Muara.
Bupati Sumbang Dana
Bupati Aceh Utara Ir H Tarmizi A Karim dan isterinya Hj Inayati, serta Muspida lainnya, Komandan Kodim Letkol Tatang Sulaiman, dan Kapolres Aceh Utara diwakili Wakapolres, melakukan kunjungan ke lokasi kejadian, dan rumah para korban. Dalam kunjungan ke rumah duka Sarmina binti Ramli, Ir Tarmizi A Karim memimpin doa bersama masyarakat dan pelayat lainnya.
Kepada keluarga korban, diberikan sumbangan antara Rp 500.000 hingga Rp 1.5 juta. Selain itu, Bupati juga meninjau saluran Proyek Irigasi Jambo Aye Langkahan yang melintasi Desa Treieng Pantang. Setelah dibangun, proyek itu kabarnya tidak berfungsi.(Kd-NAD/Muntadhar)