Bandar Lampung, NU Online
Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama Provinsi Lampung menggelar Madrasah Kader NU di Hotel Marcopolo. Kegiatan ini diikuti lebih dari tujuh puluh peserta. Pemateri kegiatan ini langsung diisi oleh para pemateri dari PBNU.
Mohammad Mukri selaku Ketua PWNU Lampung menyatakan bahwa MKNU dalam upaya menyamakan dan menyatukan frekuensi dan persepsi tentang NU. Karena menurutnya, lahirnya ide MKNU berawal dari hasil dari penelitian beberapa tahun lalu. Penelitian tersebut menyebutkan pada umumnya pengurus NU lemah dalam bidang manajemen.
"Berdasarkan penelitian tersebut, PBNU melakukan pembenahan manajemen. Namun nyatanya, meskipun pembenahan dilakukan, namun hasilnya masa seperti dulu. Belum ada peningkatan signifikan," ujarnya saat menyampaikan sambutan, Selasa (1/5).
Ia pun menjelaskan, karena tidak ada peningkatan signifikan, maka diteliti ulang kenapa manajemen NU masih terbilang lemah. Jawabannya adalah tidak adanya militansi dan ghirah atau semangat dalam berjam’iyah.
"Maka untuk dapat meningkatkan militansi diselenggarakan kegiatan ini. Dalam MKNU tersebut diberi pemahaman berNU bukan sekadar amaliah dan fikrah, tapi juga diperlukan harakah," jelasnya.
KH Sultanul Huda selaku Kepala MKNU juga menjelaskan kegiatan dalam upaya membentuk, menyatukan, menyelaraskan dan mempertahankan organisasi.
"Sehingga akan terbangun kekuatan Indonesia yang memiliki karakter, militansi, cara pandang, kecakapan dan kesejahteraan hidup, gaya hidup dan harakah yang berperspektif NU," ujarnya.
"Diharapkan dengan kegiatan ini frekuensi dalam berNU memiliki kesamaan dan kesatuan,” katanya. Dalam praktiknya, warga NU dapat bertindak cepat, tepat dan akurat. Memiliki kesatuan dalam cara pandang melihat sesuatu. Memiliki semangat dan gairah yang tinggi serta memiliki haluan yang keras. Dapat menggerakkan kehidupan berbangsa dan bernegara serta dapat menyesualan peradaban, jelasnya.
Ia juga menjelaskan MKNU merupakan amanah Muktamar ke-33 NU Jombang. “Ini merupakan bagian dari kaderisasi selain kaderisasi keulamaan, pendidikan kader penggerak, dan kader fungsional,” tutupnya. (Red: Ibnu Nawawi)