Tidak mudah untuk bisa menjadi seorang penulis profesional. Bisa-bisa karyanya ditolak karena tidak sesuai dengan keinginan pihak penerbit. Inilah yang dulu dirasakan Mohammad Irham Zuhri ketika memulai karir menulisnya sebelum akhirnya bisa meloloskan buku berjudul Oase Spiritual.<>
Pria yang akrab disapa Irham ini mengatakan, Oase Spiritual merupakan salah satu buku keagamaan yang ditulisnya bersama-sama dengan rekan-rekannya. Hingga kini, royalti dari penerbit selalu diterima Irham dan teman-temannya.
Tidak heran jika lelaki ini banyak dikenal oleh kalangan santri Probolinggo dan Pasuruan. Bagaimana kisahnya?
Kebiasaan menulis telah dilakukan Irham sejak masih belia. Kini, selain menjadi penulis, ia juga menjadi seorang guru. Katanya, keberhasilan tersebut diraih tidak lepas dari pendidikannya yang ditempuh sewaktu berada di pesantren.
Kegigihan dan kerja keras Irham berbekal ilmu serta pengalaman selama mondok di pesantren akhirnya berbuah manis. Apalagi cita-citanya untuk menulis sebuah buku dan diterbitkan penerbit ternama tercapai. Meskipun semua itu harus ditempuh dengan jalan terjal, berliku dan penuh tantangan.
Tantangan dan penolakan pihak penerbit tidak membuatnya lantas berputus asa. Bahkan semua itu semakin membuatnya merasa tertantang untuk terus mengasah kemampuannya. Hingga akhirnya, salah satu karyanya berhasil diterbitkan salah satu penerbit berskala nasional.
Disamping menulis buku-buku berbau agama, Irham juga menyelami dunia fiksi. Seperti, cerita tentang anak desa yang ingin menjadi presiden pernah ditulisnya pada tahun 1997. Cerita itupun telah diterbitkan salah satu penerbit di Surabaya.
“Buku ini masuk kategori Inpres yang kemudian disebar ke sekolah-sekolah. Bahkan sewaktu diterbitkanpun, saya tidak tahu kapan penerbitannya. Saya baru tahu dua tahun setelah diterbitkan,” jelasnya.
Disamping menulis buku, Irham juga aktif menyertakan naskahnya dalam kegiatan perlombaan menulis. Baik yang digelar oleh lembaga pemerintah atau lembaga swasta. Baik itu berupa naskah berisi cerita-cerita fiksi maupun naskah-naskah ilmiah. Sehingga tidak jarang ia juga mendapatkan penghargaan dari loma-lomba tersebut.
Royalti menjadi penulis memang cukup memuaskan. Tetapi, bukan itu yang menjadi tujuan Irham. Ada tujuan mulia dibalik penulisan sejumlah buku yang telah diterbitkannya. Yakni, dakwah dan nilai-nilai pendidikan pada para pembacanya. Seperti, bukunya yang diberi judul Ingin Jadi Presiden.
Buku ini bercerita tentang anak-anak dari pedesaan yang mempunyai cita-cita menjadi pemimpin suatu negeri. Didalamnya, jelas mengandung semangat perjuangan bocah-bocah desa bagaimana meraih asanya memimpin sebuah negara. “Buku itu disebar pemerintah pusat di daerah-daerah tertinggal seperti Papua dan Maluku untuk melecut semangat anak-anak disana,” terangnya.
Lalu apa resep sukses yang dimiliki Irham menjadi seorang penulis. Disamping kegigihannya dan kuatnya cita-cita berdakwah melalui tulisan, Irham mengaku juga tidak lepas dari peran besar lembaga tempatnya menuntut ilmu, Pesantren Sabilutthoyib, Pasuruan dan Pesantren Matholiul Huda, Malang. Disana Irham mengaku makin tertantang untuk meraih apa yang dicita-citakannya sejak masih duduk di bangku sekolah dasar itu yaitu menulis.
“Meski tidak diajarkan secara khusus, namun selama mondok kami diajarkan tulisan-tulisan karya ulama. Tulisan-tulisan ulama ini ada nilai yang bisa diambil dari sana, sehingga saya ingin membuat tulisan yang dapat bermanfaat untuk pembacanya,” tegasnya.
Sejak SD, Irham mengaku sudah rajin menulis. Bahkan, karyanya sempat diikutkan dalam lomba menulis di tingkat kecamatan. Menginjak bangku Madrasah Aliyah (setingkat SMA), Irham aktif menulis catatan harian. Nah, aktivitas itulah yang membuat catatan hariannya menumpuk dalam jumlah yang sangat banyak.
Melihat tumpukan catatan yang hanya dibaca sendiri itu, Irham berinisiatif menulis dalam skala yang lebih serius. Tidak hanya berupa catatan kecil, tetapi juga bisa sampai menerbitkan buku. Cita-citanya itupun tidak hanya diangan-angan. Tetapi kemudian dituangkan ke lembaran-lembaran kertas, sehingga benar-benar menjadi sebuah tulisan.
Rupanya kecintaan Irham kepada dunia menulis tidak hanya diwujudkan dalam bentuk peluncuran buku. Ia juga berusaha menularkannya kepada generasi muda. Terutama kepada anak didik dirinya mengajar.
“Masih sedikit penulis-penulis berkualitas yang mampu menulis dengan memberikan nilai positif dalam tulisannya. Sekarang bisa lihat novel ceritanya seperti apa. Saya ingin mencetak penulis baru yang bisa menghasilkan tulisan yang memberikan pengaruh positif bagi pembacanya,” pungkasnya. (Syamsul Akbar/Red:Anam)