Daerah

Takmir Masjid Perlu Satukan Langkah

Selasa, 21 Februari 2012 | 03:27 WIB

Semarang, NU Online
Para pengurus takmir masjid perlu menyatukan langkah dan menyamakan persepsi dalam menjalakan amanah mengelola rumah ibadah di lingkungannya masing-masing. 

Perlu dipahami sungguh-sungguh, yang diurus Takmir adalah rumah Allah (Baitullah), bukan sembarang bangunan. Karena itu takmir masjid harus selalu ingat pada Gusti Allah dan selalu hanya berharap ridho-Nya.
<>
Jika ikhlas dan menjaga baik amanah, tidak mungkin Allah Yang Maha Kuasa membiarkan mereka. Pasti Allah Ta’ala akan mencukupi dan memberi berkah pada kehidupan para takmir masjid.

Wakil Ketua II Badan Pengelola Masjid Agung Jawa Tengah (BP MAJT) Prof Dr H Ali Mansyur menyampaikan hal itu saat memandu musyawarah para pengurus takmir masjid se-Kota Semarang dalam acara Silaturahim Takmir Masjdi se-Kota Semarang yang digelar Badan Pengelola Masjid Agung Jawa Tengah (BP MAJT) di Hotel Pandanaran Semarang, baru-baru ini.
 
“Marilah kita satukan langkah, satukan hati dan pikiran. Yang kita urus adalah Rumah Allah. Pasti Gusti Allah tidak diam terhadap kita. Hidup kita pasti mendapat kemudahan dan keberkahan. Semoga,”  ujar Ali Mansyur disahuti amiin hadirin.

Dalam forum tersebut, para pengurus takmir masjid menyampaikan berbagai persoalan maupun gagasan. Ada yang mengeluhkan sulitnya berdakwah di lokasi yang berdekatan dengan tempat ibadah agama lain. Sebab tempat ibadah agama lain tersebut juga “berdakwah” dengan menyebar bahan makanan kepada penduduk yang beragama Islam.

Ada pula yang melapor beratnya menjaga masjid dari intervensi politik. Sudah menjadi rahasia umum, ada partai politik yang sangat getol berusaha menguasai masjid dengan berbagai cara. Diantara yang populer adalah dengan mempengaruhi pengurus takmir menjadi anggota parpol tersebut lalu membuka kegiatan pengajian atau semacamnya yang isi dan temanya soal politik yang dibungkus jargon agama.

Peserta silaturahim juga ada menyampaikan repotnya menghadapi perbedaan pendapat soal fiqhiyah. Ada golongan yang selalu memaksakan pedomannya dipakai dan menyalahkan atau melarang amalan selain mereka di masjid. Perdebatan soal tata cara sholat Jum’at, sholat tarawih dan pemilihan khotib Jum’at adalah yang paling sering mengemuka dan jadi laten sifatnya.

Keprihatinan juga disampaikan soal pengaruh ideologi radikal yang menyebar ke kalangan anak-anak muda melalui masjid di kampus maupun masjid di kampung. Atas hal itu para peserta diajak untuk menyikapinya secara bijaksana, sambil terus diupayakan mencari jalan keluar terbaik dalam koridor agama.

Perlu Manajemen Bagus

Sohibul bait yang tak lain pemilik Hotel Pandanaran H Imam Syafii berkata, selaku takmir masjid harus punya sistem kerja yang bagus. Masjid menurutnya harus punya manajemen yang baik. Bahkan dia usul ada kursus manajemen masjid bagi pengurus takmir.

 “Saya usul ada kursus manajemen masjid. Persoalan manejemen ini saya kira perlu dapat perhatian. Karena salah satu masalah kita ya soal itu,” tutur penasehat di berbagai organisasi keislaman ini.

Sementara itu, Ketua BP MAJT H Ali Mufiz  menyatakan, masjid adalah pusat ibadah, ilmu pengetahuan dan ekonomi. Ia sangat mendukung manajemen masjid harus dikuasai setiap pengurus takmir. Poin yang harus digarap menurutnya, adalah database jamaah, standar khotib dan penceramah, organisasi remaja masjid, majlis taklim atau unit pendidikan pendukung, dan sumber kemandirian ekonomi bagi masjid.

“Minggu lalu keluarga besar MAJT dan para kiai bermusyawarah. Kami menyepakati bahwa masjid adalah pusat ibadah, pendidikan dan ekonomi. Ini tentu butuh manajemen yang baik,” terangnya.

Lebih lanjut mantan gubernur Jateng ini mengatakan, dari 972 masjid yang ada di Kota Semarang, baru sedikit yang makmur. MAJT sendiri yang terbesar di Semarang dan Jawa Tengah, kata dia, masih sedikit jumlah jamaah sholatnya. Meskipun kegiatan taklimnya sudah bsnyak dan lengkap fasilitas penunjangnya; ada hotel, pertokoan, pasar UKM, perpustakaan, ruang pertemuan, lapangan olah raga, tapi belum punya madrasah atau ma’had (pondok pesantren). Sehinggga belum makmur seperti diharapkan.

Karena itulah dia mendukung gagasan Kiai Haris Sodaqoh dan ulama lain untuk meminta Kementrian Agama segera mendukung berdirinya Ma’had “Aly di kompleks MAJT. 

“Kebanyakan masjid di Semarang belum makmur sesuai harapan kita. MAJT sendiri belum ramai jamaahnya. Maka mari kita pupuk terus silaturahim ini agar saling membantu memakmurkan,” kata tokoh NU ini.

Walikota Semarang Soemarmo HS dalam sambutannya juga menyampaikan perlunya manajemen masjid yang bagus. Soal kebersihan masjid juga ia singgung.

Dia katakan, banyak  masjid yang masih belum bersih dan belum punya fasilitas kebersihan memadai. Hal itu menurutnya patut diperhatikan. Sebab masjid harus bisa menjadi tempat mendidik generasi bangsa.

“Saya mengapresiasi kegiatan ini. Forum ini sangat bagus untuk syiar Islam dan mempererat ukhuwah Islamiyah. Memang setiap masjid harus bersih dan punya manajemen yang bagus. Pemerintah juga mendorong hal itu,” tuturnya menyahuti sambutan tuan rumah. 

Lebih lanjut Walikota menerangkan, Pemkot Semarang menyediakan anggaran dari APBD untuk pengembangan pendidikan agama dan sarana fisik tempat ibadah.

Ia mempersilakan para pengurus takmir masjid untuk mengajukan permohonan untuk pendirian Taman Pendidikan Al-Qur'an, renovasi masjid maupun lainnya.

“Ada dana APBD untuk pengembangan pendidikan agama dan pembangunan fisik tempat ibadah. Silakan mengajukan untuk kami layani,” ujarnya.

Sepakati Waktu Adzan

Dalam musyawarah yang Prof Dr Ali Mansyur, para hadirin menyepakati tiga hal penting. Yaitu penyamaan waktu adzan melalui siaran Radio Dakwah Islam (DAIS) FM 107,9 Mhz milik MAJT, pelatihan pengelolaan masjid, dan pendirian Dewan Masjid Indonesia (DMI) Kota Semarang dalam waktu dekat.

Hal-hal lain yang direkomendasikan adalah pembentukan organisasi remaja masjid, biro konsultasi, kerjasama antar masjid, penyingkiran masalah khilafiyah pedoman etika, publikasi, dan sertifikasi tanah masjid.


Redaktur    : Mukafi Niam
Kontributor: Ichwan
   


Terkait