Semarang, NU Online
Aula santri putri Pondok Pesantren Al Itqon Gugen (banyak orang mengenalnya dengan sebutan Bugen) Tlogosari Wetan, Semarang Selasa (26/10), disulap menjadi semacam laboratorium jurnalistik. Para santri memperoleh referensi yang boleh jadi berbeda dari yang diperoleh setiap harinya.
Dari para pengelola Suara Merdeka, mereka mendapatkan pengetahuan tentang dakwah lewat media massa. Sehari-hari ruang itu digunakan untuk shalat atau mengkaji kitab kuning. Biasanya sepanjang Ramadan di pesantren itu diselenggarakan pengajian kitab-kitab kilatan (kitab yang bisa dikhatamkan dalam sebulan) seperti Ta'lim Almuta'alim atau kitab-kitab pendek lainnya. Sesekali para santri juga mengikuti khitabah, semacam pelatihan berpidato. ''Namun kalau untuk pelatihan yang terkait dengan kemampuan menulis, sepertinya belum pernah, apalagi untuk menulis di media massa,'' ujar Ustad M Aufal Marom, seorang santri senior.
<>Pernyataan itu sama dengan ungkapan KH Ubaedullloh Shodaqoh saat menyampaikan sambutan shahibul bait. Katib Syuriyah PWNU Jateng tersebut menyatakan, anak-anak muda yang nyantri di pesantrennya terpilah dalam duabagian. ''Ada yang betul-betul ingin mendalami ilmu agama dan sebagian lainnya memiliki ketertarikan yang cukup besar terhadap pengetahuan dan keterampilan yang bersifat umum,'' kata kiai alumnus Fakultas Hukum (FH) Untag.
Makanya, sarasehan jurnalistik yang digelar Suara Merdeka ibarat tumbu bersua tutupnya. Dahaga para santri akan pengetahuan perihal seluk-beluk jurnalistik terobati oleh paparan Pemimpin Redaksi Suara Merdeka H Sasongko Tedjo SE MM, Redaktur Pelaksana HA Zaini Bisri SE, hingga Wakil Kepala Biro Kota Drs Murdiyat Moko.
Ya, untuk mengisi Ramadan, Suara Merdeka bekerja sama dengan PT Indofood Sukses Makmur Tbk menggelar Sarasehan Jurnalistik Ramadan di pesantren asuhan KH Kharis Shodaqoh tersebut. Kegiatan tersebut merupakan kali kedua digelar Suara Merdeka. Sebelumnya, kegiatan serupa dilaksanakan di Pesantren Al Ishlah Mangkang Kulon. Rencananya, Jumat (29/10) depan Pesantren Subulus Salam Bonang Demak yang mendapat giliran.
Akses Dakwah
Dalam kesempatan itu, Zaini Bisri menantang 130-an santri yang mengikuti sarasehan untuk terlibat dalam dakwah lewat media massa. Mereka diharapkan bisa merespons segala fenomena di masyarakat dengan menggunakan dasar-dasar keilmuan yang diperoleh di pesantren. Santri dituntut untuk peka terhadap persoalan soal pornografi dan pornoaksi, kemaksiatan yang merajalela, togel, dan semacamnya.
''Kiai dan ulama tak mungkin menyelesaikan persoalan-persoalan semacam itu sendirian. Perjuangan mereka harus didukung oleh komitmen komponen dakwah lain, termasuk santri dan mereka yang memiliki akses dakwah lewat media. Sebab, jangkauan dakwah lewat media jauh lebih besar,'' kata Zaini.
Murdiyat Moko memberikan bekal yang lebih praktis bagi para santri untuk dakwah bilkitabi. Dia menerangkan segala macam yang terkait dengan jurnalistik, cara pembuatan koran, serta tips mengemas tulisan. (AMP/Sm)