Daerah

Tahlilan, Salaman Lalu Kepungan

Jumat, 9 Agustus 2013 | 11:11 WIB

Jepara, NU Online
Di Jepara, meski tidak menyeluruh, usai melaksanakan shalat Id ada tradisi bancakan di masjid, musholla maupun langgar. Para kaum (warga, red) datang ke tempat peribadatan dengan membawa nasi, minuman maupun penganan.<>

Saat warga sudah berkumpul kegiatan pun dimulai. Seperti yang tampak di Musholla Baitur Rohman desa Margoyoso kecamatan Kalinyamatan kabupaten Jepara, Kamis (8/8) pagi. 

Seorang imam maktubah, K Khoirul Kamal menyampaikan tausiyahnya. Bahwasanya dengan menunaikan puasa berarti telah menang melawan hawa nafsu. Nafsu tidak makan, tidak minum dan tidak berhubungan badan (bagi pasutri). “Kita telah merayakan kemenangan melawan hawa nafsu,” kata guru Madrasah Wustho Jammal Muaisyiq, Margoyoso. 

Di bulan Syawal sambungnya ibadah harus mengalami peningkatan. Ibadah-ibadah sunnah yang pernah dilaksanakan selama puasa semisal shalat witir, tahajud diteruskan. “Hal itu merupakan bukti Syawal adalah bulan peningkatan,” sebutnya. 

Bancakan dilanjutkan tahlil dipimpin Kiai Kamal serta doa yang dipimpin SyuriYah MWCNU Kalinyamatan, KH Muchlisul Hadi. Kemudian mushafahah, bersalaman yang diiringi lafadz Allahmu innaka afwun kariim tuhibbul afwa fa’fu anni. Setelah itu, makanan yang sudah dbagikan dikepung (dimakan bareng, red). 

Tradisi ngumpul bareng itu setiap tahun dilaksanakan beberapa kali. Selain setelah shalat Id, seminggu setelah lebaran (saat bodho kupat), usai shalat Idul Adha maupun momen-momen ngumpul warga yang lain.



Redaktur    : A. Khoirul Anam
Kontributor: Syaiful Mustaqim


Terkait