Jombang, NU Online
Menghadapi pesta demokrasi yakni pemilihan calon anggota legislatif 9 April 2014 mendatang, PCNU Jombang memanfaatkan lailatul ijtima’ sebagai media untuk sosialisasi makna politik bagi NU.<>
Kegiatan yang berlangsung di salah satu musholla di Desa Tapen Kecamatan Kudu, Jombang Jawa Timur ini dihadiri KH Abdul Nashir Fattah (rais), KH Wazir Ali (wakil), dan KH Abd Kholiq Hasan (katib). Sedangkan dari unsur tanfidziyah tampak DR KH Isrofil Amar (ketua), K M. Soleh, Arifin (wakil) serta Muslimin Abdilla (sekretaris).
Kegiatan yang dihadiri utusan dari MWCNU Kudu, Kabuh, Ngusikan, Ploso serta Plandaan ini diawali penampilan hadrah Albanjari. Hadir juga pengurus badan otonom, lembaga dan lajnah MWCNU Kudu seperti GP Ansor, Muslimat, Fatayat, IPNU dan IPPNU.
Dalam paparannya, KH Wazir Ali menandaskan bahwa menurut Imam Mawardi segala ikhtiar atau usaha adalah upaya dalam mengorganisasikan sebuah kegiatan maupun tindakan yang mengarah kepada kemaslahatan bersama. Demikian juga hal ini berlaku untuk politik. “Harusnya upaya pikiran, tindakan yang dilakukan oleh tokoh politik adalah demi kemaslahatan,” katanya (31/3).
NU sendiri memiliki pandangan dalam politik. “Hal itu dibedakan menjadi tiga, yakni politik kebangasaan, politik kerakyatan dan politik praktis,” terangnya.
Kiai Wazir membuka fakta sejarah usaha yang telah dilakukan NU dalam mewujudkan, melahirkan, mengembangkan dan menegakkan Negara Kesatuan Rebublik Indonesia atau NKRI. “NU telah mengawal kemerdekaan negeri dengan melakukan perlawanan kepada para penjajah. Dalam pandangan Kiai Wazir, penjajah yang datang ke Tanah Air lebih banyak membawa mudharat, termasuk membawa agama baru.
Tidak berhenti dalam revolusi fisik, NU juga berperan aktif dalam mengawal cita-cita bangsa dengan terlibat aktif dalam penyusunan Piagam Jakarta dan tentunya Pancasila.
“Bagi NU, Pancasila adalah upaya final bagi umat Islam di Indonesia untuk mendirikan negara,” terangnya. “Dan NU tidak sepakat dengan upaya berbagai kalangan yang ingin mendirikan negara Islam di Indonesia seperti Darul Islam dan Tentara Islam Indonesia,” lanjutnya.
Sedangkan tantangan yang dihadapi bangsa Indonesia dan juga NU adalah upaya dari sebagian kalangan yang ingin menegakkan khilafah.
Khusus untuk tantangan politik saat ini adalah bagaimana kekuasaan politik yang sudah didapat diikhtiarkan untuk mewujudkan kemaslahatan rakyat seperti memajukan layanan dan fasilitas pendidikan, kesehatan dan ekonomi. “Inilah tantangan yang harus dijawab oleh para politisi NU,” ungkapnya.
Hal tersebut sebagaimana telah diamanatkan oleh para pendiri NU yang membawa politik tingkat tinggi, yakni tidak semata menguasai dan merebut kekuasaan. “Namun bagaimana kekuasaan dan kepercayaan yang diraih dapat ditasharrufkan atau dimanfaatkan untuk kemaslahatan umat,” katanya.
Lailatul ijtima’ ini juga dimanfaatkan untuk mensosialisasikan program kerja PCNU Jombang hasil Konferensi serta musyawarah kerja yang telah dilaksanakan sebelumnya. Sejumlah evaluasi atas kinerja kepengurusan di tingkat PCNU Jombang disampaikan oleh Muslimin Abdilla.
Ia menandaskan bahwa lailatul ijtima’ ini adalah program kerja PCNU Jombang dan telah memasuki putaran ke empat di tahun yang ke dua.
Sedangkan hasil bahtsul masail di tingkat NU Jombang disampaikan oleh K M Sholeh dan dipungkasi penjelasan kondisi terkini oleh KH DR Isrofil Amar selaku Ketua Tanfidziyah PCNU Jombang. Pada kesempatan tersebut, KH Abdul Nasir Fattah berkenan menutup acara dengan doa. (Syaifullah/Anam)