Solo, NU Online
Jauh sebelum aliran listrik menyentuh desa, bedug digunakan untuk mengawali panggilan azan. Karena suaranya terdengar keras. Hingga saat ini, meski azan sudah bisa dikumandangkan dengan fasilitas pengeras suara, bedug masih banyak digunakan.
Bedug memang dirancang sebagai “sarana komunikasi” untuk mengundang jamaah hingga terdengar sejauh-jauhnya, lewat tabuhan bedug, sebagai tanda waktu salat menjelang azan dikumandangkan.
Suara bedug yang biasanya berpasangan dengan kentongan, oleh beberapa ahli dimaknai sebagai sebuah ajakan untuk panggilan shalat. Suara bedug "DENG" itu bermakna bahwa masjid masih sedeng (muat=bhs jawa / masjid masih longgar), maka dari itu ayo segera datang ke masjid. Sedangkan makna dari suara kentongan "TONG" itu bermaksud bahwa Masjidnya masih kotong (kosong=bhs jawa / belum ada jama'ahnya).
Di Indonesia, bedug terbesar, konon berada di dalam Masjid Darul Muttaqien, Purworejo. Bedug ini merupakan karya besar umat Islam yang pembuatannya diperintahkan oleh Adipati Tjokronagoro I, Bupati Purworejo pertama. dibuat pada tahun 1762 Jawa atau 1834 M. Dan diberi nama Kyai Begelan.
Bedug Masjid Tegalsari
Lalu bagaimana dengan bedug yang ada di Masjid Tegalsari Solo? Di masjid yang terletak berdampingan dengan SD Ta’mirul Islam ini mempunyai bedug yang besar. Selain besarnya, bentuknya pun terbagus.
Ini dapat dilihat dari bentuknya yang membesar di tengah dan bagian kanan dan kirinya yang dipasangi kulit sapi memiliki diameter yang sama atau simetris. Ini berarti kayu yang digunakan untuk membuatnya sangat besar, lebih besar dari dari bedug yang telah jadi. Bagian yang dipasangi kulit sapi memiliki diameter yang tidak sama. Hal ini berarti bahwa bedug itu tidak dibentuk, hanya mengandalkan bentuk asli kayu pohon.
Tentang kayu bedug di Masjid Tegalsari ini, ada 2 berita yang berkembang. Pertama dari KH Naharussurur (Alm.) yang mengatakan bahwa bedug dibuat dari kayu nangka. Dan orang yang mengerjakan bedug ini adalah Pak Joyo, salah satu tukang dari KH Asy’ari. Sedangkan berita kedua, mengatakan kalau bedug ini terbuat dari kayu jati.
Bedug masjid Tegalsari dibuat dari satu kayu utuh yang sangat besar. Memang ada bedug lain yang lebih besar tetapi kayunya sambungan. Bedug ini tidak memiliki nama sebagaimana umumnya bedug masjid keraton. Bedug ini memiliki ukuran panjang 170 cm, diameter tengah 148 cm dan diameter kanan dan kiri 127 cm.
Tokoh Masjid Tegalsari, Ahmadu Hidjan mengatakan, dahulu bedug Purworejo yang sangat besar itu pernah ditawarkan kepada masjid Tegalsari. Tetapi para pendahulu telah berpikiran jauh ke depan.
“Mereka tidak mau menyusahkan generasi penerus-nya jika akan mengganti kulit sapi untuk bedug tersebut. Kulit sapi yang diperlukan harus yang besar dan lebar, ada kemungkinan sangat sulit untuk mencarinya. Maka tawaran tersebut ditolak,” ungkap dia. (Ajie Najmuddin)