Jember, NU Online
Salah satu sisi penting dari pendidikan di pesantren dalam rangka membentuk karakter anak didik adalah kebiasaan yang bagus. Kebiasaan yang baik di lingkungan pesantren, baik dalam belajar maupun pergaulan, sungguh menjadi nutrisi yang hebat bagi pertumbuhan jiwa anak didik.
Hal tersebut diungkapkan Rais MWCNU Kalisat, KH Abd Rahman Al Jambuany saat menyampaikan tausiyah dalam acara Peringatan Isra’ Mi’raj & Lepas Pisah SMP Islam Zainul Hasan, Desa Plalangan, Kecamatan Kalisat, Jember, Jawa Timur, Sabtu (12/5).
Menurutnya, lingkungan pesantren yang sederhana dengan segala prilakunya yang menjunjung tinggi posisi guru (kiai) ditambah kebiasaan sehari-hari yang baik dan bersahabat, akan mengerucut dalam diri santri menjadi sebuah perangai yang mempesona.
“Jadi kebiasaan yang baik Itu adalah termasuk salah satu metode pendidikan seperti ditawarkan oleh Abdullah Nasih ‘Ulwan dalam kitabnya Tarbiyatul Auladi fil Islam,” ucapnya.
Ia menambahkan, dalam konsep Abdullah Nasih ‘Ulwan, selain pendidikan dengan kebiasaan (tarbiyah bil a’dati), ada empat point lagi yang perlu diperhatikan jika pendidikan ingin sukses. Yaitu tarbiyah bil qudwah (pendidikan dengan contoh), tarbiyah bil mau’idzah (pendidikan dengan bimbingan) dan tarbiyah bil ‘uqubah (pendidikan dengan sanksi).
“Kelima-limanya ada di pesantren. Dan saya kira pesantren bukan sekedar pendidikan full day, tapi pendidikan sehari semalam alias 24 jam,” paparnya.
Kiai Rahman menjelaskan, pendidikan dengan keteladanan (contoh) yang baik juga langsung dipraktekkan sehari-hari di pesantren, baik oleh guru maupun pengasuh. Sehingga anak didik tidak sekedar diajar bagaimana harus shalat, menghindari najis dan sebagainya, tapi juga ada contoh yang bisa diteladani. Walaupun demikian, pesantren juga tak segan-segan memberikan sanksi bagi santri yang tidak disiplin.
“Sanksi itu beraneka ragam, dan setiap pesantren belum tentu sama sanksinya, tapi yang pasti sanksi itu bersifat konstruktif, itulah hebatnya pesantren,” ulasnya. (Aryudi Abdul Razaq/Muiz)