Daerah

Sarjana NU harus Teladani Keilmuan Mbah Sahal

Ahad, 9 Februari 2014 | 19:30 WIB

Kudus, NU Online
Pimpinan Cabang Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (ISNU) Kudus mengajak para sarjana meneladani gaya keilmuan sosok Rais Aam PBNU, mendiang KH Sahal Mahfud yang telah mengembangkan ilmu dan pengetahuan sesuai kondisi sosial masa kini.<>

“Para sarjana yang menguasai disiplin ilmu umum harus menguasai bidang keagamaan (tafaqquh fiddin). Sedang yang menguasai bidang agama harus memadukan dengan pengetahuan sosial kontemporer sebagaimana  yang dilakukan Mbah Sahal,” kata Ketua PC ISNU Kudus Kisbiyanto dalam perbincangan dengan NU Online di Kantor PCNU setempat, Sabtu (8/2).

Kisbiyanto mengatakan secara kultural Mbah Sahal adalah seorang ulama tetapi diakui sebagai akademisi karena kompetensinya dalam bidang sosial keagamaan. Pengasuh pesantren Maslakul Huda Kajen  Pati ini, menurutnya, menjadi salah satu bukti keunikan khasanah keilmuan di NU karena kemampuannya diperoleh tanpa melalui syarat-syarat formal.

“Buktinya, perguruan tinggi IAIN mengaku dan memberikan gelar doktor honoris causa atas kemampuan yang dimilikinya. Beliau juga menjadi rektor Unisnu Jepara dan sering sebagai keynote speaker di berbagai seminar nasional maupun internasional,” ujarnya memberikan testimoni.

Dosen STAIN Kudus ini menilai model gaya keilmuan seperti Mbah Sahal sangat berbeda para sarjana pada semua level. Seorang doktor yang belajar melalui jalur formal itu terkadang masih diragukan dan harus memberikan pembuktian atas gelar yang diperoleh tersebut. 

“Tetapi tidak demikian yang ada pada diri Mbah Sahal atau ulama sepadannya. Semua orang tidak ada yang tidak mengakui keilmuwan dan keulamaannya,” papar Kisbi, sapaan akrabnya.

Para ulama, menurut dia, harus melakukan pengembangan kontemporerisasi dunia ilmu dan  pengetahuan. Artinya, para ulama tidak  hanya menyerap teks-teks Al-Qur’an, hadits, dan manuskrip kitab-kitab saja, tetapi harus mengembangkan keilmuanya dengan ilmu sosial masa kini.

“Hal inilah yang akan kita teladani sehingga sesuai dengan kondisi lokal,” pungkas Kisbi. (qomarul adib/mukafi niam)


Terkait