Pacitan, NU Online
“Tuntutlah ilmu walau ke negeri cina” demikian sabda Rasulullah SAW yang menjadi motivasi ratusan santri Pesantren Al Fattah Kikil, Arjosari, Pacitan, Jawa Timur, untuk mengikuti sosialisasi program pertukaran pelajar ke luar negeri yang digelar oleh Madrasah Aliyah Pembangunan Al Fattah bekerjasama dengan AFS-Bina Antarbudaya Chapter Yogyakarta di auditorium KH Bakri Hasbullah, Pesantren Al Fattah Pacitan, Sabtu (12/3).
Pembina Pesantren Al Fattah, Hammam Fathullah, mengatakan kerjasama program pertukaran pelajar ini merupakan bentuk perhatian pesantren kepada para santri agar mereka mampu bersaing dengan ribuan pelajar lain dan berkesempatan menjadi peserta AFS.
“Untuk mengikuti program ini, kualifikasi yang harus dimiliki para santri adalah kecakapan diri, memiliki sikap toleransi yang tinggi dan kemampuan mengenal dan mengenalkan bentuk budaya Indonesia kepada orang luar negeri,” jelas dosen Staifa Kikil Pacitan itu.
Gus Hammam, demikian sapaan akrabnya menambahkan, melalui sosialisasi ini, para santri diharap mampu memahami persyaratan yang harus disiapkan serta kiat apa saja yang harus dilakukan selama proses seleksi yang diadakan oleh AFS-Bina Antarbudaya.
Sementara itu, Staf AFS-Bina Antarbudaya, Merlijn Dieteren (Belanda) dan Viola Negri (Italia) yang hadir dalam sosialisasi itu mengungkapkan kekagumanya dengan budaya pesantren. Keduanya mendorong para santri untuk dapat mengenalkan budaya Indonesia khususnya pesantren kepada warga dunia melalui program pertukaran pelajar ini.
Menurut keduanya, selama ini banyak santri atau pelajar yang takut mengikuti seleksi pertukaran pelajar ke luar negeri karena terkendala bahasa, padahal hal itu bukan syarat utama.
“Bahasa itu penting, tapi bukan yang paling penting. Jadi cobalah setiap ada kesempatan seleksi. Karena pengalaman di luar itu sangat berharga,” demikian keduanya memberi motivasi kepada sekitar 750 Santri Al Fattah.
Pengasuh Pesantren Al Fattah KH Burhanudin HB mengapresiasi terjalinya kerjasama program ini. Menurutnya, pesantren dan kehidupan di dalamnya merupakan ciri khas Islam Nusantara.
Ia juga berpesan kepada Staf AFS-Bina Antarbudaya untuk mempelajari budaya Islam Nusantara. “Inilah Islam Nusantara, ceritakan di negara kalian, bahwa Islam Nusantara adalah Islam yang ramah, Islam yang rahmatan lil alamin,” kata Kiai Burhan.
Dalam sosialisasi kali ini, Staf AFS-Bina Antarbudaya berbagi pengalaman dengan para santri. Mereka memberikan informasi yang cukup detail terkait informasi pertukaran pelajar ini.
AFS-Bina Antarbudaya merupakan lembaga yang mengelola program pertukaran pelajar yang masih duduk di kelas X SMA atau sederajat dengan umur yang ideal. Program mengirim peserta dari Indonesia ke negara-negara Eropa, Amerika Serikat dan Asia.
Melalui program ini, para peserta akan mendapat berbagai pengalaman baru, diantaranya memiliki kompetensi antarbudaya. Keterampilan ini akan membuat peserta memiliki kemampuan beradaptasi di kebudayaan manapun.
Pesantren Al Fattah Kikil, Arjosari, Pacitan, telah menjalin kersama dengan AFS-Bina Antarbudaya Chapter Yogyakarta sejak tahun 2012 lalu. Sejak saat itu, salah seorang santri telah berhasil lolos seleksi dan menjadi peserta AFS ke Jepang selama satu tahun. (Zaenal Faizin/Zunus)