Semarang, NU Online
Sebanyak 97 santri baru Pondok Pesantren Daarul Falah Be-Songo, Perum Bank Niaga B13, Ngaliyan, Semarang, selama lima hari mengikuti Taaruf dan Orientasi.
Ketua Panitia Muhammad Faiq Azmi menjelaskan, selama masa orientasi, para santri yang sebagian besar mahasiswa Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo mendapat materi kepesantrenan, menggunakan medsos secara ramah, keberkahan kiai dan akhlak santri, membangun tradisi pesantren, berpikir dan berperilaku Ahlussunnah wal Jamaah (Aswaja).
Para penceramah antara lain Misbah Khoiruddin Zuhri, Hj Arikhah, KH Muhammad Farid Fad, Muizzatus Saadah, H Ahmad Tajudin Arafat MSi, M Lutfi Rahman dan lain-lain. Di akhir orientasi mereka mendapat ceramah Studium General bertema Santri Menjelajah Dunia oleh wartawan Suara Merdeka Agus Fathuddin Yusuf.
Lurah Pondok Daarul Falah Muizzatus Saadah menjelaskan, semester ini menerima 97 orang santri.
''Alhamdulillah sekarang sudah 300 santri putra-putri yang mukim di pesantren ini,'' katanya.
Menjelajah Dunia
Pengasuh Pondok Pesantren Daarul Falah Be-Songo KH Imam Taufiq meminta, selain mendalami ilmu agama melalui kajian kitab-kitab salaf, ngaji sorogan, bahtsul masail diniyah, santri harus siap untuk menjelajahi dunia. Selain melanglang buana, santri idealnya mempunyai skill atau keterampilan menulis.
''Menulis apa saja, sebab sesungguhnya tradisi menulis sudah diwariskan oleh pendahulu alim ulama melalui karya kitab-kitab besar. Karena itulah kami menghadirkan Mas Agus Fathuddin untuk membekali para santri,'' katanya.
Wartawan Suara Merdeka Agus Fathuddin Yusuf dalam pidato Studium General mengatakan, pemerintah melalui Kementerian Agama setiap tahun memberikan kesempatan para santri studi lanjut ke luar negeri.
''Tinggal pilih mau ke Australia, Amerika, Belanda, Arab Saudi, Mesir, Tiongkok, Singapura, Malaysia dan lain-lain. Paket beasiswanya juga bermacam-macam tinggal pilih,'' kata alumnus Nanchang University, Jiangxi, Tiongkok itu.
Kuncinya, kata Agus bahasa asing harus dikuasai. Dia berpesan setinggi apapun karier dan pendidikan seseorang tetap menjaga akhlak, tawadu, sopan santun dan rendah hati bukan rendah diri.
''Alhamdulillah santri sekarang banyak yang sukses. Ada yang jadi kiai memimpin pondok, jadi pegawai negeri, politisi, tentara, polisi, dokter, wartawan, pengusaha, hakim, jaksa dan berbagai profesi lainnya,'' katanya.
Dia juga mengingatkan selain berwawasan global, santri dituntut melaksanakan lima panca jiwa yaitu jiwa keikhlasan, kesederhanaan, kemandirian, ukhuwah (persaudaraan) dan jiwa kebebasan dalam berpikir.
''Karena wawasan dan ilmu yang cukup santri tidak gampang menyalahkan orang lain dan menganggap dirinya paling benar,'' katanya. (Zulfa/Abdullah Alawi)