Sebanyak 100 peserta mengikuti “Training Jurnalistik Santri” di Pondok Pesantren Darul Rahman Leuwisadeng, Kabupaten Bogor, Sabtu (5/4). Mereka merupakan perwakilan kelas 1 dan 2 tingkat Aliah (SMA) pada lembaga yang berkantor pusat di Senayan, Kebayoran Baru, Jakarta tersebut.
Training jurnalistik di pesantren milik mantan Ketua Pimpinan Pusat Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama (PP-LDNU) KH Syukron Makmun itu dipandu oleh wartawan Jurnal Nasional Ahmad Fahir, Kepala Redaksi Feature LKBN Antara Budi Setiawanto dan reporter sekaligus penyiar senior RRI Bogor Dadan Sutaryana.<>
Ahmad Fahir, dalam kesempatan itu mengatakan, sebenarnya kalangan pesantren sejak lama memiliki akar budaya tulis menulis yang kuat. Tokoh-tokoh pesantren seperti Syeikh Ihsan Jampes, KH Hasyim Asy’ary, KH Bisri, KH Ali Maksum hingga KH Abdullah bin Nuh, terbukti banyak melahirkan karya tulis monumental.
Namun dalam beberapa dekade terakhir, tradisi yang telah diwariskan dari generasi ke generasi itu mulai melemah. Ini dibuktikan dengan semakin minimnya karya tulis yang ditelurkan kalangan pesantren.
“Kalangan pesantren perlu meningkatkan kemampuan menulis. Karena tugas menulis bukan hanya milik mereka yang berprofesi wartawan saja, namun santri pun dituntut mampu menulis dengan baik, agar mampu menuangkan gagasan dan beraktualisasi diri melalui media,” ujar mantan Ketua PMII Cabang Kota Bogor ini.
Dadan Sutaryana memberikan spirit kepada para santri bahwa profesi jurnalistik terbuka bagi semua orang. Santri pun memiliki peluang besar untuk berkarir di media. ”Meskipun setiap hari selalu berkutat dengan pelajaran agama, kitab kuning, dan pendalaman bahasa Arab-Inggris, kalau mau belajar menulis gerbang berkarir di media akan terbuka lebar,” paparnya.
Sementara itu Ketua Pelaksana Training Jurnalistik, Baejuri Ismail mengharapkan, para santri yang terlibat dalam training jurnalistik tersebut akan menjadi bibit-bibit bernas jurnalis. Ke depannya mereka akan terus dibimbing, agar memiliki kemampuan dasar memadai di bidang jurnalistik.
“Jurnalistik merupakan salah saatu aspek dakwah yang kurang mendapatkan perhatian. Karenanya sudah saatnya kalangan pesantren mulai merambah dunia jurnalistik, untuk memperkuat penetrasi dakwah melalui media massa. Dengan begitu manfaat keberadaan pesantren dan NU pada umumnya akan semakin dirasakan masyarakat,” kata mantan Ketua Umum Ikatan Pelajar NU Kabupaten Bogor itu. (nam)