Rembang, NU Online
Membicarakan keberagaman di Indonesia, tak bisa lepas dari mendiang KH Abdurrahman Wahid yang biasa disapa Gus Dur. Meskipun sudah lima tahun meninggal, Gus Dur masih selalu dikenang. Pemimpin seperti Gus Dur dirindukan. Perjuangan-perjuangannya untuk membela kaum tertindas juga selalu menjadi panutan.
<>
"Kami, Lembaga Studi Sosial dan Agama (Elsa) Semarang adalah anak ideologis Gus Dur. Perjuangan Gus Dur untuk mewujudkan bangsa yang harmonis dalam bingkai keragaman, terus kami lanjutkan melalui beragam kegiatan dan program kerja Elsa," tutur Direktur Elsa Tedi Kholiludin pada "Haul ke-5 Gus Dur dan Evaluasi Kehidupan Keberagamaan di Jateng" di Hotel Siliwangi, Selasa (30/12).
Untuk melanjutkan perjuangan Gus Dur, kata Tedi, Elsa berupaya menegakkan demokrasi dan hak asasi manusia (HAM).
Selama melakukan pemantauan kasus-kasus kebebasan beragama dan berkeyakinan, pihaknya menemukan fakta menarik terkait dengan figur pemimpin atau pemerintah.
"Kasus-kasus pelanggaran kebebasan beragama dan berkeyakinan di Jateng beberapa kasus, pelakunya adalah negara. Uniknya, korban-korban pelanggaran kebebasan beragama dan berkeyakinan mayoritas rindu dengan sosok pemimpin seperti Gus Dur," ujarnya. (M Lilik Wijanarko/Alhafiz K)