Purbalingga, NU Online
Ahad (17/6) malam itu, pendopo Kecamatan Bukateja dipenuhi oleh ribuan jamaah yang hadir dari berbagai pelosok kecamatan Bukateja dalam kegiatan "Ansor Bukateja Bershalawat dan Tabligh Akbar" yang menghadirkan penceramah KH M Faris Fuad Hasyim dari Buntet Peantren, Cirebon Jawa Barat.
<>
Sebelumnya, Ahad pagi, berlangsung acara Bakti Sosial di tiga desa yakni desa Kutawis, Majasari dan Bukateja dan berlanjut dengan pawai dan lomba gerak jalan Banser yang diikuti oleh Banser se-Kab Purbalingga dan sekolah-sekolah yang bernaung di bawah LP Ma’arif se-Kec Bukateja.
Puncak acara yang digelar dalam rangka pelantikan PAC Anshor Bukateja Kab Purbalingga itu dimulai ba’da shalat Isya dengan acara pembacaan Maulid Simthud Durar dan Shalawat oleh murid-murid Madrasah Tsanawiyah (MTS) Kutawis. Acara kemudian berlanjut dengan pembacaan ayat-ayat suci Al Qur’an Imam Sukhi yang disambung dengan membaca Shalawat Badar bersama.
Selepas sambutan panitia oleh Wasis Subiantoro acara bersambung dengan pelantikan pengurus Ansor PAC Bukateja masa hidmat 2012-2015 oleh Pengurus Cabang Anshor Purbalingga Ulil Archam. Adapun pengurus PAC Anshor yang dilantik adalah : Sebagai Ketua, Wasis Subiantoro; Wakil Ketua: Ma'ruf Salim, Spdi, Ibnu Salim, SH. Sekretaris; Sodri, Bendahara: Kristianto dan Saefullah dan didampingi oleh beberapa bidang-bidang organisasi. Sebagai Dewan pembina: Al Amin, Lukmanudin dan Saefudin.
Selepas pemberian hadiah-hadiah bagi juara pawai ta’aruf bersama se-Kec Bukateja yang dimenangkan oleh MTs Minhajut Tholabah, Kembangan sebagai juara I, MI Maari NU Bajong sebagai juara II dan Juara III direbut RA Diponegoro Bukateja. Acara dilanjut dengan sambutan-sambutan berturut oleh Ketua PC Ansor Purbalingga, Ulil Acrham, Wakil Sekretaris Gerakan Pemuda Ansor, Mujiburrohman dan Camat Kec Bukateja, H Aksan Mashuri.
Acara puncak Tabligh Akbar yang sudah ditunggu-tunggu yakni menampilkan pembicara KH M Faris Fuad Hasyim dari Buntet Paesantren, Cirebon.
Dalam taushiyahnya, KH M Faris Fuad Hasyim mengajak jamaah untuk mengajak putra-putrinya agar berhidmah dengan perjuangan para kiai dan ulama.
“Karena para ulama telah membesarkan bangsa Indonesia. Indonesia bisa diperhitungkan oleh dunia Internasional itu karena jasa para ulama, terutama ulama-ulama yang tergabung dalam Nahdlatul Ulama,” kata KH M Faris penuh semangat.
“10 November 1945 Surabaya, itu tidak lain karena peran KH Hasyim Asy’ari, KH Abas Buntet dan lain-lain sehingga momentum sejarah itu menjadikan Indonesia diperhitungkan oleh dunia Internasional,” kata KH Faris.
Ditambahkan, di saat Indonesia terancam oleh dunia Internasional tentang status pemerintahan RI di bawah pimpinan Soekarno Hatta, pada tahun 1946 saat sidang OKI, tampil KH Wakhid Hasyim yang memberikan jawaban pada kongres negara-negara Islam Dunia itu dengan menyatakan bahwa Soekarno Hatta sah memimpin bangsa Indonesia dengan alasan Al Wilayah Ad-Daruri As-Syaukah.
“Inilah jasanya para ulama NU dalam membesarkan bangsa Indonesia. Di saat Orde baru pada saat itu, Kiai-kiai dikebiri perannya. Di mana Kiai-Kiai sebelum mengisi pengajian harus ijin Danrem dan Koramil. NU tampil ke muka dalam berdakwah. Para kiai mempunyai rasa ikhlas dan paling besar jasanya dalam membesarkan bangsa Indonesia. Jadi saham terbesar dari bangsa Indonesia adalah milik orang NU,” jelas Gus Faris dengan berapi-api.
Dalam kesempatan itu, KH M Faris juga mengajak jamaah untuk memperteguh ajaran Ahlussunnah wal Jama’ah yang sudah menjadi tradisi di kalangan NU (Nahdhliyin) seperti tahlilan, ziarah kubur, tawasulan, shalawatan dll.
Gus Faris juga menyatakan rasa keprihatinan dengan maraknya ajaran-ajaran aliran sesat yang sedang merongrong dan merusak masyarakat. Seperti maraknya Nabi Palsu, Wahabi, Shalat pakai bahasa Indonesia.
“Itu ajaran sesat dan menyesatkan. Karena itu kita harus kembali dengan ajaran-ajaran Ahlussunnah waljama’ah agar di dunia dan akhirat,” tegas KH M Faris.
”Tahlilan, zaiarah, tawasulan, shalawatan adalah bagian dari ajaran-ajaran Ahlus Sunnah wal Jama’ah. Indonesia bisa kokoh karena ajaran-ajaran Aswaja. Jadi kalau ada yang menggugat tradisi tahlilan, ziarah kubur, shalawatan sebenarnya itulah adalah ajaran Yahudi yang hendak mengobok-obok NKRI,” kata Gus Faris.
Karena itu, lanjut Gus Faris ia mengajak jama’ah untuk mengajak putra dan putrinya untuk teguh dan berhidmah dengan perjuangannya para kiai dan ulama terutama para kiai NU.
Pengajian yang berlangsung sekitar 2 jam itu selain penuh ketegasan, juga diselingi dengan guyonan segar Gus Faris sehingga jamaah benar-benar betah untuk mendengarkan isi pengajian dan tidak beranjak dari tempat duduknya sampai acara selesai. Acara malam itu ditutup tepat pukul 24.00 dengan doa oleh KH M Faris Fuad Hasyim.
Redaktur : Mukafi Niam
Kontributor: Aji Setiawan