Jombang, NU Online
Sukuri santri asal Indramayu, Jawa Barat peraih beasiswa S1 jurusan landscape agriculture JAHVC Jiangsu China pada tahun 2018/2019 membagikan rahasia kesuksesan dirinya hingga ia diterima di kampus luar negeri secara cuma-cuma.
Kepada NU Online lulusan SMK Manbaul Huda, Genukwatu, Kecamatan Ngoro, Kabupaten Jombang, Jawa Timur ini mengatakan, ada beberapa hal yang menurutnya bisa mengantar dirinya menempuh jalur pendidikan di luar negeri itu.
Di samping hafal sejumlah ayat-ayat Al-Qur'an, semenjak kecil ia dididik hidup disiplin baik dalam bekerja maupun kala belajar. "Biasakan hidup disiplin, teruslah belajar, jangan malu melakukan yang positif dan jangan lupa berdo'a kepada Allah SWT," katanya, Selasa (13/11).
Selain itu, imbuh dia, berupaya membahagiakan orang tua juga para gurunya menjadi motivasi tersendiri saat ia mulai beranjak dewasa hingga memutuskan menjadi santri di Pesantren Anwarul Huda Genukwatu.
"Kita harus selalu tunduk dan taat kepada orang tua dan kepada para guru, jangan sampai menyusahkan mereka," ungkapnya.
Ia mengaku komunikasi dengan orang tua sejak ia berjauhan tetap dibangun dengan baik. Ia pun tak jarang memintanya doa dan ridhanya. "Tak lupa minta do'a orang tua karena saya termotivasi dengan hadits nabi, dan hadits ini termasuk pegangan saya juga yakni ridha Allah ridlo orang tua dan bendunya Allah bendunya orang tua," ucapnya.
Sementara Pengasuh Pesantren Manbaul Huda Genukwatu Gus Rosyid mengatakan, selain Sukuri ada santri lain yang juga sukses meraih beasiswa di China namun dengan jurusan yang berbeda.
"Dua santri yang beruntung tersebut adalah Latifatul Fuadah dan Sukuri. Latifatul Fuadah asli Genukwatu. Dia memperoleh beasiswa kuliah S1 jurusan international trading and economic di Nantong University, Jiangsu China," ungkapnya.
Beasiswa tersebut menurutnya akan terus berlanjut hingga tahun-tahun berikutnya. Bahkan pada 2019 mendatang sudah ada jatah sekitar 20 santri.
Sebagaimana diberitakan media ini sebelumnya, Sukuri bukan berangkat dari latar belakang ekonomi yang mampu. Ia bahkan sudah ditinggal ayahnya dari umur 6 tahun. "Saya ditinggal bapak saya semenjak saya masih berumur 6 tahun, waktu itu baru duduk di bangku SD kelas satu," katanya.
Kondisi demikian tak membuat pria kelahiran 6 juli 2000 di Dusun Gua Landak RT/RW 003/002, Desa Gelarmendala, Kecamatan Balongan-Indramayu ini pesimis untuk terus menyelesaikan pendidikan formalnya.
Sukuri menceritakan, meski tidak mudah ia bisa melaluinya dengan baik bersama bantuan sang ibu tercinta. Ibunya mendukung Sukuri dengan hasil kerja kerasnya, meski ia belum memiliki penghasilan tetap, lantaran sang ibu hanya bekerja serabutan.
"Dan semenjak itu juga ibu saya yang setiap harinya bertani dan bekerja serabutan yang hasilnya tak seberapa, ibu saya lah yang biayai saya sekolah dari kelas satu SD sampai saya bisa seperti ini," tuturnya. (Syamsul Arifin/Muiz)