Bogor, NU Online
Ketua Pengurus Cabang Lesbumi NU Bogor Bambang “Ciras” Sudarsono mengatakan, bahwa Prabu Siliwangi adalah seorang Muslim. Ia diislamlkan oleh Syekh Hasanuddin atau lebih dikenal dengan sebutan Syaikh Quro (seorang ulama besar yang lahir sebelum era Wali Sembilan, yang berperan penting dalam Islamisasi di Jawa Barat) saat hendak menikahi Nyi Subang Larang. <>
Subang Larang tak lain sebagai santri di pesantren yang dipimpin Syaikh Quro di Karawang,
kata Bambang kepada NU Online di Bogor Selasa (31/13)
Menurut Bambang, dari sebuah naskah kuno diceritakan bahwa Prabu Siliwangi adalah seorang Muslim, bersumberkan Buku Carita Purwaka Caruban Nagari, yang ditulis Pangeran Arya Cirebon (1720), Prabu Siliwangi masuk Islam saat hendak menikahi Subang Larang.
“Kami ingin meluruskan mitos atau opini yang berkembang di masyarakat secara turun temurun, bahwa Prabu Siliwangi penganut Hindu. Prabu Siliwangi adalah seorang Muslim dan Pajajaran bukanlah kerajaan Hindu, melainkan kerajaan yang secara turun temurun mewariskan nilai Sunda Wiwitan atau Jati Sunda,” kata Bambang.
Dia melanjutkan, massifnya islamisasi Tatar Sunda tak lain berkat dukungan penuh Prabu Siliwangi, yang membebaskan putra putrinya untuk belajar Islam, melakukan dakwah ke seluruh pelosok “Tatar Sunda” atau bahkan mendirikan kesultanan baru yang mandiri dari Pajajaran sebagai “keraton” dan akar mereka.
Berkat kuatnya pengaruh gerakan islamisasi yang dilakukan dinasti Siliwangi di Jawa Barat, kini mayoritas masyarakat setempat menjadi penganut Islam yang taat. Nyaris sulit menemukan adanya orang Jawa Barat menganut agama selain Islam, sehingga muncullah istilah “Islam Sunda” dan “Sunda Islam.”
“Peringatan haul sebagai upaya mengenang jasa Prabu Siliwangi, bentuk silaturrahmi terhadap serta pewarisan terhadap nilai-nilai adiluhung yang ditinggalkannya,” tegas dia.
Selain itu, haul juga sebagai bentuk akulturasi antara Islam dengan budaya lokal (Sunda). Islam dan budaya Sunda perlu selaras dan berdampingan dalam upaya membimbing dan mencerahkan kehidupan masyarakat Tatar Sunda dalam bingkai kebangsaan.
Prabu Siliwangi merupakan nama gelar, karena masyarakat Jawa Barat pada umumnya sungkan untuk langsung menyebut nama sang tokoh. Prabu Siliwangi kecil bernama “Pangeran Pamanah Rasa”, yang lahir di Keraton Surawises Kawali, Kabupaten Ciamis, sekitar tahun 1411 dan wafat pada akhir Desember 1521 di Pakuan (Kota Bogor sekarang). Ia bertahta sebagai Raja Sunda Galuh (Pakuan Pajajaran) selama 39 tahun, yaitu mulai tahun 1482 hingga 1521, berkedudukan di Pakuan (Bogor).
Situs Batutulis di Kota Bogor merupakan bukti sejarah, yang menceritakan tentang era Prabu Siliwangi dalam memimpin Pajajaran. Situs ini dibuat oleh Prabu Surawisesa, putra mahkota yang melanjutkan tahta setelah wafatnya Prabu Siliwangi. Situs tersebut dibuat pada akhir bulan Desember 1533 m, sebagai peringatan 12 tahun setelah wafatnya Prabu Siliwangi.
Bambang yang juga tercatat sebagai salah satu pemangku adat Sunda di Palataran Pakujajar Sipatuhan Bogor mengatakan, Prabu Siliwangi tercatat sebagai raja yang adil dan bijaksana. Masa kepemimpinannya, dikenal sebagai era keemasan Pajajaran. Rakyat Pajajaran hidup kamkmur, damai dan sejahtera. Wilayah Pajajaran membentang dari pegunungan Dieng di Wonosobo, Jawa Tengah, seluruh Jawa Barat, Selat Sunda hingga sebagian Lampung.
Dari aspek ekonomi, simbol utama kebesaran Pajajaran terletak di Pelabuhan Niaga Sunda Kalapa (Jakarta sekarang), yang merupakan pusat perniagaan terbesar dan tersibuk di seluruh Nusantara saat itu. Sunda Kalapa menjadi lalu lintas perdagangan dan jalur migrasi bangsa-bangsa asing ke Pulau Jawa. Selain itu, Pajajaran juga memiliki pelabuhan-pelabuhan lain di pantura Jawa Barat, yaitu Banten, muara Cisadane, Karawang, muara Cimanuk, dan Cirebon.
Menurut catatan Tom Pires, seorang penjelajah asal Portugis, yang bersama empat buah kapal dagang Portugis singgah di Pajajaran tahun 1513, Kerajaan Sunda Pajajaran adalah negeri para ksatria dan pahlawan laut, sehingga para pelautnya telah mampu berlayar ke berbagai negara mancanegara hingga ke Kepulauan Maladewa di Srilanka.
Dalam catatan Tom Pires, Prabu Siliwangi, para pemangku dan warga Pajajaran adalah orang-orang yang jujur, ramah, dan sopan. “.... The Kingdom of Sunda is Justtly Governed...” Prabu Siliwangi adalah seorang maharaja Sunda yang adil dan bijaksana dalam memerintah segenap rakyat kerajaannya. (Ahmad Fahir/Anam)