Jakarta, NU Online
Sejumlah kelompok peternak sapi di Kabupaten Jember mengeluhkan harga sapi lokal dan kereman yang masih rendah, yakni di bawah biaya perawatan.
"Merawat sapi kereman saat ini kurang menguntungkan, karena harga jual di pasaran hanya Rp10.500 per kilogram, padahal normalnya Rp14.000 per kilo gram," kata Kamil Gunawan, Direktur CV. Cobra yang bergerak dalam bidang usaha peternakan sapi di
Jember, Jumat.
Dia mengatakan, rendahnya harga sapi kereman maupun lokal dipengaruhi banyak faktor, diantaranya memasuki musim kemarau panjang, sehingga banyak peternak yang terpaksa menjual ternak mereka untuk memenuhi kebutuhan hidup.
Menurutnya, sebagian besar masyarakat setempat merawat ternak sapi itu hanya untuk pekerjaan sampingan, karena para peternak adalah petani yang sedang tidak menggarap sawah saat musim kemarau.
Sedang faktor lain, adalah adanya impor ternak hidup dan daging di samping kondisi perekonomian Indonesia yang belum membaik, akibat krisis yang menimpa mereka.
"Petani ternak hanya bisa berharap agar pemerintah tetap konsisten memperjuangkan kehidupan peternak sehingga kondisi kehidupan kami semakin membaik," katanya.
Menurut Kamil Gunawan yang juga pengusaha beras itu, para peternak lebih suka memelihara sapi, karena keuntungannya lumayan besar dibanding memelihara sapi kereman yang memang digemukkan untuk dijual dagingnya.
"Harga sapi kereman itu saat kita beli Rp 2,5 juta-Rp 3 juta per ekor, namun bila telah digemukkan selama kurang lebih tiga bulan, maka harga jual mencapai Rp 3,5 juta-Rp 4 juta. Namun keuntungan tersebut sangat minim, bila dibanding dengan biaya perawatan," katanya.
Para petani lebih senang merawat sapi lokal, karena bila sapi itu mempunyai anak, maka peternak akan memperoleh keuntungan setelah merawat anak sapi tersebut selama tiga bulan bisa dijual dengan harga Rp3 juta. Nominal tersebut menjadi keuntungan murni,
pasalnya induk sapi masih tetap dimiliki, katanya
Sementara itu, Kepala Dinas Peternakan Pemkab Jember, drh. Deddy mengatakan turunnya harga sapi saat ini bukan akibat membanjirnya sapi impor ke dalam negeri, melainkan sangat ditentukan oleh pasar.
"Meski tidak bisa dipungkiri kedatangan sapi impor mempengaruhi harga sapi lokal. Untuk itu pemerintah hendaknya lebih memberi pengawasan perdaganagn sapi impor," katanya.
Dikatakan, sesuai ketentuan yang dibuat Dirjen Bina Produksi Pertanian sapi impor yang diijinkan masuk harus mempunyai berat tidak lebih dari 340 kg.Lebih dari berat tersebut tidak boleh masuk, kecuali sapi induk atau betina untuk dikawinkan dengan sapi lokal.
"Jika ketentuan itu dipatuhi, harga sapi lokal tidak akan jatuh," katanya.(mkf)