Daerah

Pesantren Pusat Kesetaraan dan Kebersamaan

Senin, 14 Mei 2018 | 02:00 WIB

Pesantren Pusat Kesetaraan dan Kebersamaan

Pengasuh Pesantren Darul Falah Besongo KH Taufiq

Semarang, NU Online
Kesetaraan menjadi pondasi penting untuk membangun komunikasi di masyarakat. Tradisi ini sedari awal ditanamkan di pesantren. Pesantren yang memiliki 350 santri putra-putri ini mengajarkan kesamaan kitab, tema dan isu yang sama, pengurus kombinasi antara laki-laki dan perempuan dan hal-hal lain. 

Hal tersebut disampaikan KH Taufiq di acara wisuda 34 santri Darul Falah Besongo Kabupaten Semarang Jawa Tengah bertempat di halaman Mushalla Raudlatul Jannah, Sabtu (12/5).

"Musawah ini harus menjadikan kesetaraan menjadi kebersamaan, sehingga nantinya santri ketika pulang menjadi muslim yang mampu menjaga saudara (muslim)nya selamat atas ucapan dan tindakannya," tandas Kiai Taufiq.

Menurutnya, tradisi musawah (kesetaraan) penting dihadirkan di dunia dengan adanya kebersamaan dimulai dari pondok pesantren sendiri. 

Lebih lanjutnya Kiai Taufiq mengatakan, tugas profesi yang diemban ulama sesuai dengan hadits populer Al-Ulama Waratsatu Al-Anbiya berat untuk dilaksanakan, tak sembarang orang mampu mengerjakannya. Namun, tugas mulia ini harus menjadi tanggung jawab ulama. 

Salah satu tugas itu adalah menjadi penjaga perdamaian. Inilah mengapa haflah dan akhirussanah Pesantren Darul Falah Besongo ini mengangkat tema Meneruskan estafet perjuangan ulama dengan perdamaian

Hal ini pula relevan dengan visi yang diusung pesantren yaitu Berakhlak Mulia dengan Kompetensi Keagamaan dan Kecakapan Hidup yang Andal

Sementara itu KH Nawawi at-Tamjani dalam tausiyahnya mengatakan,  sebagai muslim perlu memiliki 3 ras. Ras pertama adalah waras. Kewarasan akal dan badan menjadi penting untuk dijaga agar mampu berkelakuan dengan kesehatan logika. 

"Ras kedua yaitu yang mampu mencari beras. Ras yang ketiga yakni semangat dan kerja keras," ujarnya. 

Hal ini merupakan landasan penting dalam mengambil intisari dari ayat al-Mujadilah: 11. Terdapat proses panjang untuk meraih dan mendapatkan derajat yang tinggi, bahkan yang penting adalah proses untuk beriman dan memiliki ilmu. 

Sedangkan yang penting bahwa keduanya dijalankan terlebih dahulu. Maka, dalam teksnya kata derajat ditaruh diakhir, ini menunjukkan bahwa derajat yang kita dapatkan dalam akhir proses. (Zulfa/Muiz)


Terkait