Surakarta, NU Online
Solo dikenal sebagai tempat berbagai kelompok ideologi. Bisa dikatakan Solo sejak dulu telah menjadi barometer Indonesia. Dan, kelahiran organisasi mahasiswa NU, Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) memang tidak bisa dilepaskan dari kota ini.<>
Demikian dalam sarasehan dan doa bersama memperingati hari lahir (harlah) PMII yang diselenggarakan Komisariat Kentingan yang bernaung di kampus Universitas Sebelas Maret Surakarta (UNS). Sarasehan yang digelar pada Kamis (18/4) malam ini bertempat di pelataran gedung kemahasiswaan pusat, diawali dengan yasinan dan tahlilan bersama.
Muhammad Dalhar, pembina PMII Komisariat Kentingan memberikan beberapa pesan kepada para pengurus dan anggota yang hadir dalam acara sarasehan sederhana tersebut. "Kita harus tahu terlebih dulu apa tujuan PMII jika kita mau bergerak," sebut sarjana Ilmu Sejarah ini.
"Karena jika kita tidak tahu tujuan awalnya maka aktivitas yang kita lakukan akan menjadi sebatas aktivitas rutin yang tidak bisa membesarkan PMII," imbuhnya.
Kegiatan dihadiri oleh kurang lebih 25 orang ini juga menjadi ruang menimba ilmu bagi pengurus dan anggota pada khususnya. Pasalnya dalam sarasehan tersebut beberapa tokoh PMII Komisariat Kentingan yang menjadi saksi sejarah masa transisi orde baru-reformasi, Sholahudin Aly dan Fuad Jamil yang kini terjun di NGO juga turut hadir. Keduanya bercerita panjang tentang sejarah PMII Kota Solo dari masa ke masa.
Sejarah lahirnya PMII memang tidak bisa dilepaskan dari Solo. Beberapa tokoh yang membidani lahirnya PMII adalah aktivis mahasiswa Solo yang juga warga nahdliyyin. Sholahudin yang akrab dipanggil Gus Sholah ini juga pernah menjabat sebagai ketua umum PKC PMII Jateng ini berbagi cerita tentang sejarah panjang dari PMII Komisariat Kentingan hingga ke tingkat nasional.
"Aksi-aksi yang dilakukan oleh aktivis PMII Solo pada era orde baru dulu sering menjadi pemicu aksi di berbagai daerah lain bahkan sampai ke Jakarta," tukas Gus Sholah.
Ia menambahkan, "Sejak dulu Solo memang dikenal dengan aksi anarkisnya hingga aksi Forkot di Jakarta pun yang juga sering bentrok itu karena terinspirasi aksi para aktivis di Solo."
Selain bercerita tentang sejarah, pria kelahiran Jepara ini juga memberikan beberapa pesan kepada pengurus dan anggota agar terus menempa diri di PMII. "Belajarlah dari PMII karena hanya di sini kalian bisa berpikir dan bertindak secara merdeka tanpa ada setiran dari siapapun. Dan jadi mahasiswa itu jangan takut salah," ujarnya.
Dari sarasehan sederhana ini pengurus PMII Komisariat Kentingan berharap agar di usia PMII yang sudah memasuki 53 tahun ini bisa semakin jaya dan mampu mengemban amanah sebagai tokoh terdepan bagi terciptanya kehidupan masyarakat yang lebih sejahtera, adil, dan makmur.
Redaktur : A. Khoirul Anam
Kontributor: Ahmad Rodif Hafidz