Surabaya, NU Online
Nahdlatul Ulama memiliki kepengurusan berjenjang dari tingkat Pengurus Besar yang ada di Jakarta hingga tingkat desa. Kiprah di segala tingkatan tentu sangat menentukan bagaimana jamiyah ini berperan sesuai tingkatan dan kapasitasnya.
Namun kalau boleh menyatakan bahwa ujung tombak bagi keberadaan khidmah jamiyah ada di tingkat desa atau Pengurus Ranting Nahdlatul Ulama (PRNU). Merekalah yang langsung berhadapan dengan warga, melayani aneka kebutuhan yang jarang diketahui khalayak.
“Karenanya tahun ini kami memberikan apresiasi kepada kepengurusan PRNU untuk menjadi nominator NU Jatim Award,” kata Muhamad Koderi, Ahad (30/6).
Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jatim Award 2019 ini menjelaskan keikutsertaan kepengurusan di tingkat ranting demi memastikan bahwa kiprahnya diapresiasi. “Bagaimanapun, merekalah yang langsung berhadapan dengan jamaah atau warga NU dengan berbagai latar belakang,” ungkap Wakil Ketua PWNU Jatim ini.
Dalam penjelasannya, ternyata para pengurus di level ini tidak semata menjaga tradisi yang ajeg dilakukan. “Juga memastikan aset jamiyah terjaga dengan baik, serta tertib administrasi,” terangnya. Bahkan kalau diakumulasi, aset yang ada bisa bernilai puluhan milyar rupiah, lanjutnya.
Seperti tradisi NU Jatim Award sebelumnya, kegiatan diawali dengan permintaan kepada Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) se-Jatim untuk mengirimkan PRNU yang menjadi andalan.
“Soal kriteria, sudah kami kirimkan ke PCNU se-Jatim untuk ditindaklanjuti dan mereka berkirim para nominatornya ke panitia,” alumnus Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya tersebut. Usai menerima berkas, tim dari PWNU Jatim Award melakukan visitasi ke sejumlah kawasan yang diusulkan.
“Hasilnya, ada empat nominator yang hari ini melakukan presentasi di hadapan sejumlah dewan penilai,” jelas Pengurus Pusat (PP) Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (ISNU) tersebut.
Puncaknya adalah Sabtu (30/6), yakni ada empat PRNU yang menyampaikan sejumlah keunggulan. Yaitu PRNU Wedoro, Waru, Sidoarjo. PRNU Dadapan, Solokuro, Lamongan, PRNU Singonegaran, Pesantren, Kota Kediri, serta PRNU Gedangan, Sidayu, Gresik.
“Kami bangga dengan yang dilakukan para peserta,” kata A Jauhar Fuad selaku penilai dari Pengurus Wilayah (PW) Lembaga Perguruan Tinggi Nahdlatul Ulama (LPTNU) Jawa Timur.
Tidak semata berjamaah dengan menjaga kegiatan tahlilan, manakiban, yasinan, para pengurus di tingkat desa ini juga memastikan administrasi terjaga rapi. “Mereka meyakinkan bahwa administrasi bagi warga dan organisasi terjaga dengan baik,” kata Yayuk Istichanah dari PW Lembaga Pembangunan Pertanian Nahdlatul Ulama (LPPNU) Jawa Timur.
Yang membanggakan, sekelas kepengurusan desa ternyata ada juga yang memiliki layanan pendidikan. “Yang pasti sertifikatnya juga atas nama NU, bukan pribadi,” kata Wiwik Afridah, penilai dari Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa). Mereka rapi mendata aset dari mulai mushalla, masjid, hingga kantor yang digunakan untuk aktifitas organisasi, lanjutnya.
Secara khusus, PRNU Gedangan, Sidayu, Gresik berhasil pula memberikan kesempatan kepada warga setempat untuk mengenyam pendidikan gratis hingga lulus.
Gelaran NU Jatim Award masih akan berlangsung Senin (1/7) di tiga tempat. Yakni Kantor PWNU Jatim, jalan Masjid al-Akbar Timur 9, juga auditorium studio Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa) Jalan Raya Jemursari Surabaya. Serta di Rumah Sakit Islam (RSI) Siti Hajar, jalan Raden Patah Sidoarjo. (Ibnu Nawawi)