Daerah

Muliakan Kiai Sebagaimana Syekh Bahauddin pada Gurunya

Rabu, 3 Desember 2014 | 21:01 WIB

Jepara, NU Online
A’wan PWNU Jawa Tengah, Habib Umar Muthohar bersama KH Adnan Kasogi (Kudus) hadir dalam peringatan Haul I KH Muchlisul Hadi berlangsung di kompleks pesantren Roudlotul Huda desa Margoyoso kecamatan Kalinyamatan kabupaten Jepara, Selasa (02/12) malam.
<>
Dalam kesempatan itu Habib Umar ceramah tentang pentingnya santri memuliakan sosok kiai. Dijelaskannya, kiai merupakan sosok yang mengisi ruhaniyah santri.

Dari itu ia menyebut guru atau pun kiai merupakan pahlawan tanda jasa. “Untuk itu mari kita berbakti dan memuliakan kiai-kiai kita,” imbaunya.

Penceramah asal Semarang itu menyontohkan sosok Syekh Bahauddin An-Naqsabandi dalam khidmah kepada guru. Usai berguru kepada Sayyid Amir Kulan ia diminta kholwat di Baghdad selama 7 tahun.

Hasil dari kholwatnya Bahauddin bisa “berjabat tangan” dengan Syekh Abdul Qadir Al-Jilani. Meski era Bahauddin-Syekh Abdul Qadir jeda 150 tahun. Maka tak salah ia dijuluki Naqsabandi yang berarti diukir di hati.

Selain memuliakan sosok kiai, guru juga perlu dipandang perspektif khususiyahnya. Memandang perspektif basariyah yakni melihat sosok dengan serba kekurangan. “Manusia mesti punya banyak kekurangan. Hal itu lumrah,” tegasnya.

Tetapi yang lebih penting ialah memandang kiai dari khususiyahnya. Yakni memandangnya dari sisi kealiman, kewiraian dan sebagainya. Karena itu banyak kiai yang mempunyai anak kemudian di pondokkan kepada kiai lain.

“Setelah ia boyong agar bisa melihat bapaknya sebagai sosok khususiyah yang mempunyai kealiman bukan sekadar basariyah yang nantinya malah dianggap biasa saja oleh anak maupun istrinya,” imbuhnya.

Nabi dalam pandangan istri dan saudaranya dinilai sebagai khususiyah. Sehingga Muhammad dihormati dalam kondisi apa pun. Sehingga santri harus menghargai guru dalam pandangan khususiyah.

Jika demikian, mantan penanggung jawab majalah Al-Mihrab itu menambahkan akan muncul keberhakan yang melingkupi kehidupan santri dimana pun berada. (Syaiful Mustaqim/Abdullah Alawi)


Terkait