Musik calung biasanya ditabuh untuk mengiringi aksi penari kuda lumping atau ronggeng. Berpadu dengan kendang, bonang, kenong, dan gong, musik khas Banyumas yang terbuat dari bambu ini semakin menambah daya tarik pertunjukan.
Pada malam Idul Fitri 1437 Hijriah, musik calung menjadi sajian istimewa karena menyertai arak-arakan takbir keliling yang digagas oleh Karang Taruna Kadus 4 Desa Samudra Kecamatan Gumelar Kabupaten Banyumas Jawa Tengah. Takbir keliling berlangsung sekitar dua jam, dimulai setelah pelaksanaan shalat isya, Selasa (5/7).
Takbir keliling ini memasuki dan mengambil rute jalan desa di wilayah Kadus 4 Desa Samudra yang meliputi RW 06, RW 07, dan RW 08. Tak kurang dari enam ratus orang warga terlibat dalam kegiatan yang menempuh jarak sepuluh kilometer pulang pergi.
Selain menghadirkan musik calung, takbir keliling juga menggunakan obor dengan bahan bakar minyak tanah, sebagai penerang. Jadilah malam lebaran ini, rombongan takbir keliling mengulari desa, membelah kegelapan, dan menggemakan takbir bercampur suara calung.
Kepala RW 07 Desa Samudra, Yuswo Hadi Yuwono mengatakan takbir keliling dengan pawai obor dan musik calung bertujuan menunjukkan syiar Islam di wilayahnya. Musik calung, tambah pria satu anak ini, digunakan untuk mengakrabkan kembali tradisi yang ada di Desa Samudra. Sekadar catatan, di Kadus 4 saja terdapat beberapa komunitas penggiat musik calung, baik yang digerakkan oleh para orang tua usia 50-an, maupun yang diaktifkan para remaja dan kaum muda.
Adapun obor digunakan untuk mengingatkan kembali bahwa pada masa-masa dahulu sebelum masyarat mengenal alat penerangan modern, mereka sangat dekat dengan obor saat bepergian pada malam hari. Obor juga menyimpan filosofi, bahwa kehadiran dan ajaran agama Islam adalah penerang dalam kehidupan sehari-hari umat manusia.
Wilayah Desa Samudra secara umum berada dalam tradisi ke-Islaman yang menjunjung ajaran ahlussunah wal jamaah. Kegiatan ke-NU-an yang cukup menonjol di desa ini adalah GP Ansor dan Muslimat NU. (Kendi Setiawan/Mahbib)