Jombang, NU Online
Era reformasi ditandai dengan berkembannya banyak organisasi baru yang merupakan sayap dari gerakan-gerakan ideologis dari luar negeri. Organisasi-organisasi itu terindikasi mengidap penyakit anti nasionalisme dan anti Pancasila.<>
“Karena itulah istilah Islam transnasional perlu dikemukakan,” kata Ketua Aswaja NU Center PCNU Jombang, Ustadz Yusuf Suharto, dalam seminar regional dengan tema “Pengaruh Islam Transnasional Terhadap Santri”, Jumat (7/2) lalu, di Pondok Pesantren Darul Ulum Jombang. Kegiatan ini diselenggarakan oleh Ikatan Keluarga Pondok Pesantren Darul Ulum (Ikappdar) Komisariat Madura.
“Seiring era reformasi, kran kebebasan dibuka. Bertebaran ide dan gerakan baik yang berbau Islam keras, sekuler dan liberal. Gerakan Islam transnasional yang mewujud dalam beberapa kelompok, dan tentu saja tidak dalam satu ajeksi, terindikasi mengidap antara lain penyakit anti nasionalisme, anti demokrasi, anti pancasila dan bahkan anti taradisi masyarakat nusantara yang telah berlangsung berabad-abad,” tutur alumnus dan pengajar di Pesantren Mamba’ul Ma’arif Denanyar itu.
Majelis Pimpinan Pondok Pesantren Darul Ulum KH. Zaimuddin Wijaya As’ad mengatakan, perlu adanya antisipasi terhadap serangan kelompok organisasi Islam yang tidak seseuai dengan nilai-nilai Islam yang telah diperjuangkan ulama’-ulama’ terdahulu, di mana para ulama’ terdahulu sangat menghargai budaya dan kearifan lokal Indonesia.
“Di Indonesia saat ini orang Islam terbagi dua. Pertama, orang Indonesia yang beragama Islam. Kedua, orang Islam yang berada di Indonesia. Nah, yang biasanya membahayakan ini, orang Islam yang berada di Indonesia, karena mereka merasa jadi orang luar Indonesia tentu Islamnya kaku atau terlalu longgar sehingga menabrak prinsip-prinsip Islam serta budaya Indonesia dan pada akhirnya sering terjadi gesekan dengan Islam pribumi,” lanjutnya.
Dalam kegiatan yang diikuti sekitar lima ratus santriwan-santriwati itu, Ketua Muntada Ahlussunnah Wal Jama’ah dan Pengurus LDNU Kediri Ustadz Dafid Fuadi memaparkan, para santri perlu mewaspadai kelompok-kelompok Islam ekstrem kanan seperti HTI dan Syiah dan Islam ekstrem kiri, seperti MTA, dan JIL.
Seminar berlangsung meriah dengan banyak umpan balik dari para santri. Seminar yang ditempatkan di Aula Akper Unipdu Pondok Pesantren Darul Ulum yang dihadiri oleh perwakilan mahasiswa perguruan tinggi se-Jombang ini diprakarsai Arif Hakiki.
Pemandu acara, Moh. Cholil Madury di akhir seminar berharap santri Madura bisa memperjuangkan NU dan Ahlussunnah wal Jamaah serta menjadi santri yang tawadhu’, hidup sederhana, menghindari hedonisme serta tunduk kepada kiai sebagaimana yang telah dicontohkan oleh Syaekhona Cholil ulama’ kharismatik kebanggaan masyarakat Madura. (Red: Anam)