Daerah

Menengok Lokakarya Applied Approach di Unisnu Jepara

Selasa, 2 Februari 2016 | 08:00 WIB

Jepara, NU Online
Universitas Islam Nahdlatul Ulama (Unisnu) Jepara kini berusia 3 tahun pada April mendatang. Dari sekian ratus dosen yang telah memiliki kompetensi dalam pengajaran tentunya juga dituntut untuk memiliki sertifikasi yang dikeluarkan oleh lembaga tinggi lainnya. Salah satunya dari Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi melalui pelatihan ataupun lokakarya yang diselenggarakan oleh Kopertis.

Sesuai dengan amanat Permenristekdikti nomor 44 tahun 2015 mengenai standar nasional pendidikan tinggi menjelaskan tentang kompetensi yang sesuai dengan capaian pembelajaran, diperlukan standar dalam penyusunan komponen pembelajaran yang tepat. Untuk itulah melalui Lokakarya Applied Approach (AA) merupakan lanjutan dari pelatihan Pekerti yang telah dilaksanakan tahun lalu.

Berdasarkan amanat Dikti, Unisnu Jepara mengadakan Lokakarya Applied Approach (AA) bekerja sama dengan Kopertis Wilayah VI Jawa Tengah yang diselenggarakan di Kampus, Senin-Kamis (1-4/2/2016). Peserta kegiatan ini berjumlah 53 dosen yang telah memiliki sertifikat pekerti dan wajib mengikuti kegiatan sampai selesai.

Wakil Rektor I, Sa’dullah Assaidi dalam sambutannya berpesan kepada seluruh peserta untuk memperhatikan betul apa yang disampaikan oleh para pemateri. Turut hadir sebagai narasumber diantaranya Prof Sunandar, Listyaning Sumadiyani, Lamijan, dan Sunardi.

“Breakdownlah keilmuan yang sudah didapat sehingga bermanfaat bagi anak didik kita,” pesannya pada seluruh peserta.

Rencananya lokakarya ini dibuka langsung Koordinator Kopertis Prof DYP Sugiharto, namun karena ada tugas di Jakarta bersama Menteri Ristek Dikti maka diwakili Agung Purwanto. Dalam sambutannya Agung banyak mengapresiasi langkah Unisnu dalam pelaksanaan lokakarya ini, bahkan dari 600 dosen yang telah mendapatkan sertifikasi pekerti dan AA di lingkungan Kopertis VI Jateng dipastikan Unisnu Jepara selalu up to date tiap tahunnya.

Ali Irfan Mukhtar, Ketua Yaptinu Jepara dalam uraiannya berpesan tentang pentingnya integritas keilmuan berbasis riset. “Karena arus globalisasi ini juga perlu penyesuaian agar lebih berdaya dan bermanfaat,” tandas Ali.

Di akhir pelatihan, para peserta diwajibkan membuat sebuah tugas yang digunakan sebagai syarat untuk mendapatkan sertifikat AA dari Kopertis. Sertifikat pekerti dan AA bisa dikata sebagai pengganti akta V, fungsinya seperti layaknya SIM guna mengajar di perguruan tinggi. Saat ini akta IV dan V sudah tidak ada lagi, akta IV sendiri digantikan dengan akta mengajar sedangkan pekerti dan AA sebagai pengganti akta V.

Melalui pelatihan ini diharapkan istilah tersebut tidak lagi membuat bingung, karena itulah Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Ditjen Dikti) memiliki program yang mengharuskan dosen mengikuti pelatihan Pekerti dan AA. Pekerti prinsipnya mengenai masalah dasar, sedangkan AA sebagai pengembangannya.

Selanjutnya model-model pembelajaran inovatif, metode pembelajaran, media dan sumber belajar, penilaian hasil belajar dan praktik mengajar (praktikum). Di akhir pelatihan, peserta melakukan simulasi mengajar dan diberi penilaian oleh teman sejawat dan instruktur untuk mengevaluasi apa yang sudah dipelajari selama pelatihan 4 hari. (Syaiful Mustaqim/Fathoni)


Terkait