Masjid merupakan pusat kegiatan keagamaan. Kebersamaan yang dibangun melalui jamaah tentu akan menimbulkan persatuan yang kokoh. Tetapi hal tersebut seakan hilang sebab adanya sekelompok orang yang menebar kebencian di dalamnya. Masjid mereka jadikan corong untuk mencaci, menghina, dan menjelek-jelekkan orang lain.
Tentu, menurut KH Hamdi Masyhuri, hal tersebut tidak sejalan dengan apa yang pernah Nabi Muhammad SAW sabdakan berikut ini:
Orang-orang yang masuk masjid itu untuk beribadah. Dalam suasana yang demikian, hal yang lahir dari proses ibadah itu adalah ketenangan, bukan malah rasa benci.
“Sehingga ibadah kita Allah di masjid akan timbul ketenangan, bukan sebaliknya, seperti yang disampaikan Ustaz Husni, di masjid awalnya caci maki, awalnya fitnah,” kata Kiai Hamdi saat menjadi narasumber dalam kegiatan halaqah dengan tema Menolak Politisasi Masjid: Upaya mengembalikan fungsi masjid dan merawat NKRI di Masjid Jami’ Assalafiyah, Jatinegara, Jakarta Timur, Jumat (26/1).
Ia lalu mengutip Al-Quran Surat At-Taubah ayat 18.
Ayat tersebut menjadi dasar bagi para takmir masjid. Ada dua hal yang harus dipegang, yakni iman kepada Allah dan kepada hari akhir.
Sementara itu, Ketua Dewan Masjid Indonesia (DMI) Jakarta KH Makmun Al-Ayyubi mengutip Al-Quran Surat At-Taubah ayat 108.
“Masjid dibangun atas landasan ketakwaan,” Kiai Makmun menerjemahkan.
Artinya, menurut mantan Ketua PW GP Ansor DKI Jakarta itu, tidak sepantasnya masjid menjadi sarang radikalisme dan menebar kebencian. Oleh karena itu, ia mengingatkan bahwa Muslim harus memegang dua kesadaran.
“Kesadaran beragama dan kesadaran berbangsa dan bernegara,” kata kiai yang memulai karirnya dari tingkat kelurahan itu.
Selain itu, Ketua Lembaga Takmir Masjid Nahdlatul Ulama (LTM NU) Jakarta KH Husni Muhsin mengingatkan agar kembali memakmurkan dan memuliakan masjid dengan menghadiri kegiatan dan jamaahnya. Ia juga melarang satu hal. “Jangan hidup dari masjid!” tegasnya.
Di akhir acara sebelum ditutup dengan doa oleh Ketua Forum Komunikasi Ulama Umaro KH Bahruddin Ali, seluruh peserta dan pembicara melakukan deklarasi menolak politisasi masjid. Naskah deklarasi dibacakan oleh Ketua Forum Silaturahim Takmir Masjid (FSTM) se-Jakarta Husni Mubarok Amir.
Berikut lima poin deklarasi tersebut.
1. Menolak segala bentuk politisasi masjid.
2. Masjid harus dikembalikan sesuai dengan fungsinya, yaitu tempat untuk beribadah kepada Allah SWT dan tempat unutk menyampaikan pesan-pesan suci agama-Nya.
3. Masjid harus menjadi sarana untuk mempersatukan umat, bukan dijadikan sarana untuk memecah belah dan memperuncing perbedaan.
4. Meminta seluruh elemen masyarakat untuk mendukung gerakan menjadikan masjid sebagai pusat kegiatan keagamaan.
5. Menjadikan mimbar-mimbar masjid sebagai media untuk menyampaikan dakwah atau ajakan menjalankan ajaran agama secara sejuk dan damai, menerima perbedaan dan saling menjunjung toleransi bukan caci maki, ujaran kebencian, dan ajakan permusuhan. (Syakirnf/Alhafiz K)