Jombang, NU Online
Pengurus Lembaga Ta’mir Masjid Nahdlatul Ulama (LTMNU) Kabupaten Jombang, Jawa Timur tengah menyiapkan buku saku amalan warga nahdliyin yang akan dibagikan kepada sejumlah takmir masjid di Jombang. Buku itu sebagai acuan amaliyah-amaliyah ajaran Ahlussunnah wal-Jamaah (Aswaja) an-Nahdliyah.
Ketua LTMNU Jombang H Ahsan Sutari menegaskan, buku semacam itu penting untuk menguatan bacaan-bacaan warga NU sebagaimana yang telah diwariskan para ulama, khususnuya pendiri NU. “Dengan demikian kita telah siapkan buku saku yang berisikan berbagai macam amalan. Kita juga sudah mulai cetak,” katanya di Jombang Senin (21/3).
Ia menambahkan, buku saku tersebut juga sebagai salah satu upaya untuk mengantisipasi ajaran-ajaran dan bacaan yang menyimpang dari Aswaja an-Nahdlyah yang sengaja diselipkan kelompok-kelompok tertentu.
“Karena tak sedikit kelompok yang ingin mencoba menyebarkan ajarannya dengan berbagai cara, termasuk menambah ataupun mengurangi amalan dan kebuadayaan warga NU yang telah berjalan lama,” ujarnya.
Buku saku tersebut, lanjut dia, tak hanya tertera bacaan tahlil, wiridan setelah shalat, khutbah jumat dan seterusnya, namun juga bertuliskan standarisasi dan simbol-simbol sejumlah masjid milik NU pada umumnya. “Seperti masjid harus ada beduk, tongkat khatib dan juga yang lain,” ungkapnya. (Syamsul Arifin/Abdullah Alawi)
Pengurus Lembaga Ta’mir Masjid Nahdlatul Ulama (LTMNU) Kabupaten Jombang, Jawa Timur tengah menyiapkan buku saku amalan warga nahdliyin yang akan dibagikan kepada sejumlah takmir masjid di Jombang. Buku itu sebagai acuan amaliyah-amaliyah ajaran Ahlussunnah wal-Jamaah (Aswaja) an-Nahdliyah.
Ketua LTMNU Jombang H Ahsan Sutari menegaskan, buku semacam itu penting untuk menguatan bacaan-bacaan warga NU sebagaimana yang telah diwariskan para ulama, khususnuya pendiri NU. “Dengan demikian kita telah siapkan buku saku yang berisikan berbagai macam amalan. Kita juga sudah mulai cetak,” katanya di Jombang Senin (21/3).
Ia menambahkan, buku saku tersebut juga sebagai salah satu upaya untuk mengantisipasi ajaran-ajaran dan bacaan yang menyimpang dari Aswaja an-Nahdlyah yang sengaja diselipkan kelompok-kelompok tertentu.
“Karena tak sedikit kelompok yang ingin mencoba menyebarkan ajarannya dengan berbagai cara, termasuk menambah ataupun mengurangi amalan dan kebuadayaan warga NU yang telah berjalan lama,” ujarnya.
Buku saku tersebut, lanjut dia, tak hanya tertera bacaan tahlil, wiridan setelah shalat, khutbah jumat dan seterusnya, namun juga bertuliskan standarisasi dan simbol-simbol sejumlah masjid milik NU pada umumnya. “Seperti masjid harus ada beduk, tongkat khatib dan juga yang lain,” ungkapnya. (Syamsul Arifin/Abdullah Alawi)
