Jogjakarta, NU Online
Komunitas Audio Visual LKiS Yogyakarta kembali mengundang kawan-kawan untuk menghadiri kegiatan pemutaran dan diskusi film yang bernafaskan advokasi. Kegiatan ini merupakan bagian dari Gerakan Sinema Advokasi yang coba diusung oleh Komunitas Audio Visual LKiS Yogyakarta.
Pada kesempatan kali ini kami menghadirkan sebuah film hasil produksi bersama antara Komunitas PRAGON (Prapatan Gondomanan), YLPS (Yayasan Lembaga Pengkajian Sosial) Humana dan Etnoreflika Yogyakarta yang berjudul “Jerit Anak Jalanan Mencari Klinik”.
<>Film bertutur tentang ketidakadilan yang menimpa seorang anak jalanan (Jampang) untuk memperoleh fasilitas perawatan/pengobatan. Pada suatu hari, Jampang terpaksa mendatangi rumah sakit karena kecelakaan yang menimpanya di jalan. Karena tidak bisa mendapatkan/menunjukkan penjamin dalam hal pembayaran/ongkos rawat inap, maka pihak rumah sakit keberatan untuk melanjutkan perawatan. Cerita film ini ditulis dari kisah nyata seorang anak jalanan yang mengalami perlakuan diskriminatif dari sebuah rumah sakit di Yogyakarta. Film ini juga digarap sendiri oleh Komunitas PRAGON dan berdurasi +/- 27 menit.
Pertanyaannya: Apakah kelompok anak jalanan tidak berhak untuk mendapatkan pelayanan dari sebuah rumah sakit (baik milik negara maupun swasta) atas alasan ketidakmampuan membayar biaya perawatan dan atau tidak mempunyai penjamin yang jelas? Apakah hanya orang-orang berduit saja yang yang boleh/bisa mengakses rumah sakit? Apakah rumah sakit sekadar menjadi mesin pencari uang bagi pengelolanya dan meninggalkan fungsi sosialnya? Apakah orang-orang miskin benar-benar dilarang sakit?
Menurut panitia pelaksana Tommy W. Taslim diskusi akan diadakan pada hari Kamis (24/3) jam 19.00-21 Wib ini akan di gelar di Pendopo LKiS Sorowajan Jogjakarta, dengan nara sumber Eko Prasetyo (Aktivis Pusat Studi Hak Asasi Manusia, UII Yogyakarta). (cih)