Daerah

Lailatul Ijtima Sarana Tepat Lestarikan Amalan NU

Rabu, 26 Juni 2019 | 12:30 WIB

Sidoarjo, NU Online
Keberadaan lailatul ijtima di sejumalh kepengurusan Nahdlatul Ulama menjadi media yang memadai untuk memastikan bahwa amaliah nahdliyah dijalankan dengan benar.

Hal tersebut disampaikan Sholahuddin saat hadir pada lailatul ijtima yang diselenggarakan Pengurus Ranting Nahdlatul Ulama (PRNU) Semambung, Gedangan, Sidoarjo, Jawa Timur, Selasa (25/6).

Menurut Ketua Pengurus Cabang (PC) Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (ISNU) Sidoarjo tersebut,  PRNU Semambung terbilang baru. 

“Namun sudah terbentuk badan otonom atau Banom seperti Muslimat NU, Fatayat NU, Gerakan Pemuda (GP) Ansor dengan Bansernya, hingga IPNU-IPPNU,” ungkapnya. 

Dengan piranti yang kelengkapan yang dimiliki tersebut hendaknya dapat dioptimalkan untuk tujuan melestarikan amaliah NU. “Mari pengurus dan anggota NU untuk terus bergerak, melestarikan amalan Warga NU seperti lailatul ijtima ini,” ajaknya. 

Sholehuddin mengatakan, sebagai PRNU yang baru dibentuk, Desa Semambung memiliki modal kekompakan. “Paling tidak hal itu ditunjukkan pada lailatul ijtima perdana usai Ramadhan dan Idul Fitri 1440 H di Masjid Rahmat,” katanya. 

Dalam pandangannya, secara jamaah, Semambung sudah lama dikenal dengan penduduk yang mayoritas warga NU. “Tapi, secara jamiyah belum, karena Pengurus Ranting NU baru dibentuk beberapa tahun terakhir,” urainya.

Lebih lanjut, Wakil Ketua Badan Pelaksana Penyelenggara (BPP) Universitas Nahdlatul Ulama Sidoarjo (Unusida) ini menjelaskan kondisi jamiyah saat ini. “NU sekarang sedang seksi. Seluruh dunia, baik kawan maupun lawan sedang melirik NU,” ungkapnya. 

Hal tersebut tentunya memiliki latar belakang. “Sebab, Indonesia dengan penduduk Muslim terbesar masih kuat bertahan dari gempuran pihak yang ingin porak poranda seperti beberapa negara Muslim di dunia,” urainya. Tapi itu bisa dipatahkan karena hadirnya NU yang mengembangkan dakwah kultural, lanjutnya. 

Berikutnya, Sholehuddin mengungkapkan, NU bisa kuat tidak terlepas dari ridha Allah, karena lahir dari rahim ulama, tidak berdasarkan nafsu. “Kuatnya NU menurutnya karena di akar rumput masih ada lailatul ijtima. Jika Pengurus Ranting NU sudah tidak ada yang menghidupkan, habislah NU,” tegasnya. 

Lantas bagaimana agar bisa menghidupkan NU? Di antaranya memperkuat niat, bekali modal iman, ilmu dan amal. “Juga hindari hal-hal yang kontra produktif seperti perpecahan internal, serta ikhlaskan segala usaha dan ikhtiar,” tandasnya. (Moh Kholidun/Ibnu Nawawi)


Terkait