Para Kiai dan Alim Ulama NU se-Kabupaten Sleman direncanakan akan berkumpul di Mlangi, Ahad (6/4) besok. Pertemuan itu diberi tema ”Silaturrahim Kiai dan Alim Ulama se-Kabupaten Sleman.”
Acara yang rencananya akan dihadiri ratusan Kiai dan Alim Ulama NU ini diselenggarakan di di Pondok Pesantren An-Nasyath yang diasuh oleh Wakil Rais Syuriyah PCNU Sleman KH Sami’an Muharram. Pertemuan ini rencananya akan dihadiri oleh Rais Syuriyah PBNU, KH Malik Madani.<>
Forum sillaturrahim ini dilatarbelakangi oleh semakin kuatnya ekspansi organisasi Islam radikal yang mengancam eksistensi Ahlussunnah wal Jamaah. ”Organisasi tersebut digerakkan dengan dukungan dana kuat, manajemen yang rapi, dan jaringan internasional yang luas. Hal ini harus direspon mengingat keberadaannya yang berusaha menetrasi ke basis Nahdhiyin,” demikian dalam tor kegiatan.
Forum silaturrahim juga dimaksudkan untuk membicarakan situasi sosial-ekonomi yang dirasakan semakin menyulitkan masyarakat akar rumput. Seperti diketahui, situasi nasional diwarnai melonjaknya harga komoditas pangan, kelangkaan minyak, gas, yang kian mencekik masyarakat.
Situasi sosial-ekonomi ini harus menjadi perhatian para kiai dan ulama karena memiliki akar-akar kelembagaan struktural di tingkatan global yang disebut dengan neoliberalisme ekonomi dan politik.
Sementara itu keretakan kiai dan ulama sebagai dampak dari keretakan dalam ranah politik perlu juga dibincang serius. Fenomena majunya beberapa pengurus NU dalam kancah pilkada atau pilgub, atau terbelahnya dukungan kiai terhadap partai yang lahir dari rahim warga NU, memerlukan manajemen sillaturahim agar tidak mengganggu kepentingan strategis gerakan Ahlussunnah wal Jamaah.
Para kiai dan ulama diharapkan tidak tidak terkurasnya energinya karena terjebak dengan isu-isu politik yang tidak jelas.
Forum silaturrahim pun juga akan membincang lemahnya sinergi antar para kiai sehingga kurang memiliki daya dorong dalam transformasi sosial masyarakat. Selama ini silaturrahim yang terjalin baru sebatas seremonial yang secara intens tidak membahas persoalan-persoalan besar bangsa dan masyarakat.
“Karena itu, sillaturrahim ini digagas untuk mengkonsolidasikan pemikiran dan gerakan kiai di posisi dan ranahnya masing-masing sehingga mampu memberikan pencerahan dan solusi-solusi cerdas terhadap berbagai kebuntuan-kebuntuan persoalan bangsa,” kata Aminun, salah seorang panitia.
Acara itu, tambah Aminun, digagas dalam rangka menciptakan ruang yang memungkinkan para kiai dan ulama melakukan bahtsul masail terhadap problem-problem sosial keagamaan yang menghimpit masyarakat.
Muhammad Mustafied, tokoh pemuda Mlangi, menambahkan, forum silaturrahim akan berlangsung secara ‘cair’ dan tidak birokratis, namun terarah dan sistematik. Diharapkan forum mampu mengkonsolidasikan kiai-kiai NU baik yang terlibat dalam kepengurusan atau tidak.
Dikatakan Mustafid, forum Silaturrahim Kiai menjadi penting dalam rangka membaca secara kritis dan menata kembali posisi sosial kiai sehingga mampu memerankan kepemimpinan yang baik di tengah-tengah hiruk pikuk kekacauan paradigma politik warga NU.
"Bagaimana kiai NU menjawab gelombang neoliberalisme dan gerakan Islam radikal di satu sisi, dan konservatisme masyarakat serta liberalisme agama, di sisi lain, adalah salah satu isu penting yang harus dijadikan poin pembahasan sillaturrahim. Tanpa rekontekstualisasi posisi sosial, kiai akan kehilangan legitimasi kepemimpinan sosial keagamaan,” katanya. (nis)