Jember, NU Online
Dari sisi fungsi, puasa bukan ibadah yang berdiri sendiri. Namun berkelindan dengan perilaku usai puasa. Sebab, jika puasa dianggap ibadah yang berdiri sendiri, maka ketika Ramadan usai, selesai semuanya.
Demikian diungkapkan Wakil Bupati Jember, KH Abdul Muqit Arif saat memberikan tausiah pada acara buka bersama di kediaman Rektor IAIN Jember, Babun Suharto, Jalan Gajahmada, Kaliwates, Jember, Jawa Timur, Jumat (8/6).
Menurutnya, justru yang tak kalah pentingnya dari puasa adalah efek setelah Ramadhan bagi orang yang berpuasa. "Harus ada perubahan (yang lebih baik) setelah puasa," jelasnya.
Malah yang menjadi ukuran sukses puasa adalah perubahan setelah Ramadhan. Sehingga orang yang berpuasa penuh selama sebulan dengan tarawihnya sekalian, belum bisa dikatakan sukses jika setelah Ramadhan tidak ada peningkatan, baik ibadah mahdlah maupun ibadah sosial.
"Intinya ada peningkatan takwa," jelas Ra Muqit, sapaan akrabnya.
Alumni Pondok Pesantren Annuqayah, Sumenep itu memastikan bahwa orang yang takwa akan sukses dalam hidupnya. Sebab, konsep takwa adalah mematuhi segala perintah Allah dan menjauhi segala larangan-Nya. Seorang politisi, dengan modal takwa, pasti tahu bagaimana cara bergaul dengan masyarakat, yang dari pergaulan itu bisa mendatangkan simpati.
"Kalau dia pemimpin rumah tangga, tentu juga paham bagaimana menjadi pemimpin yang baik. Dalam kata takwa sudah diatur segala sesuatunya, bagaimana harus menjalani hidup," urainya.
Ra Muqit menambahkan bahwa sebagian orang berpuasa memang hanya semata-mata untuk meraih pahala. Namun itu saja jelas tidak cukup tanpa menjadikan puasa sebagai ajang latihan untuk menjadi yang lebih baik.
"Karena inti puasa memang latihan menahan hawa nafsu. Hasil dari latihan itu bisa dilihat kemudian," pungkasnya. (Aryudi Abdul Razaq/Ibnu Nawawi)