Sumenep, NU Online
Perjuangan ulama terdahulu harus menjadi cerminan dalam hidup bernegara dan beragama bagi generasi muda. Sehingga para kader memiliki totalitas perjuangan yang dapat dipertanggung jawabkan.
Harapan tersebut disampaikan Kiai Panji Taufiq di hadapan peserta Pendidikan dan Latihan Dasar atau Diklatsar II Satuan Koordinasi Rayon (Satkoryon) Barisan Ansor Serbaguna (Banser) Gapura, Sumenep, Jawa Timur, Jumat (18/1).
Ketua Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Sumenep ini mengingatkan perjuangan KH Abdullah Sajjad selaku pendiri Pondok Pesantren an-Nuqayah Guluk-guluk Sumenep. Ulama kharismatik ini bahkan rela mati di tangan Belanda.
“Bahkan dari salah satu saksi mata menceritakan, bahwa sebelum dibunuh oleh Belanda, KH Abdullah Sajjad meminta izin untuk shalat dua rakaat,” ungkap Kiai Panji.
Setelah itu KH Abdullah Sajjad berkata kepada pasukan Belanda. "Jika kalian ngotot akan membunuh saya, maka tembaklah mulut saya,” jelasnya. Setelah itu beliau benar-benar meninggal di hadapan pasukan Belanda demi memperjuangkan hidup bernegara dan beragama, lanjutnya.
Menurut Kiai Panji, peserta Diklatsar II Satkoryon Banser harus siap dan berani berjuang lahir batin dalam meneruskan perjuangan para ulama, kiai dan demi menjaga utuhnya Negara Kesatuan Republik Indoensia (NKRI).
Sedangkan Ketua Pimpinan Anak Cabang Ansor Gapura, Marzuki berharap peserta bersiap diri menjadi kader NU militan. “Juga ikhlas dan siap menjadi benteng terdepan NKRI ini,” harapnya.
Hadir dalam acara tersebut Kiai Amar, KH Moh Ma'ruf selaku Rais Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWCNU) Gapura, Kiai Muhammad Syahid sebagai Ketua MWC NU Gapura), M Muhri selaku Ketua Pimpinan Cabang Ansor Sumenep. Juga hadir Polsek Gapura, dan sejumlah Banser senior.
Diklat diikuti puluhan peserta utusan dari beberapa kecamatan di Sumenep, Gapura, Guluk-Guluk, Dungkek dan Batang- Batang. Acara berlangsung di lembaga Raudlatul Ulum, Banjar Timur Gapura. (Jhody/Ibnu Nawawi)