Daerah

Ketika Santri Berlatih Jurnalistik

Sabtu, 22 November 2008 | 07:13 WIB

Brebes, NU Online
“Pak, mengapa kalau menulis baru satu-dua paragraf kok tiba-tiba buntu?” tanya Rizal salah seorang Peserta Pelatihan Jurnalistik yang digelar Majalah El-Waha terbitan Pondok Pesantren (Ponpes) Al Hikmah 2 Desa Benda, Kec. Sirampog, Brebes Jateng di pesantren setempat, Jumat (21/11).

Wartawan NU Online Wasdiun yang saat itu sebagai narasumber mendapati pertanyaan tersebut pun tersenyum. “Itu wajar, sebagai penulis pemula kerap mendapatkan kendala seperti itu,” katanya.<>

Menurut Wasdiun, sebenarnya tidak ada kata jalan buntu dalam menulis kalau mau mengolah fikir dan rasa. Artinya, kita harus meneruskan menulis dan jangan sampai terhenti ditengah jalan. Kalau berhenti, kita tidak akan pernah sampai-sampai pada tujuan penulisan.

Justru dengan melanjutkan menulis, akan menemukan ide-ide lanjutan yang merupakan jalan terang menjadi tulisan yang terbaik. Kita harus mampu menahan lapar, haus, kantuk. Bahkan sampai berkeringat atau ‘berdarah-darah’. “Ibarat menempuh perjalanan, makin jauh kita berjalan makin banyak yang kita lihat, meski banyak kendala ditengah jalan,” paparnya.

Namun dalam menempuh sebuah perjalanan kita harus membekali diri dulu dengan ilmu menulis, kejurnalistikan misalnya. Langkah Elwaha, adalah sangat tepat dalam memberi bekal kepada para santrinya yang ingin menjadi penulis ulung. “Pasalnya, menjadi penulis itu perlu proses yang berkelana dan panjang,” tandasnya.

Pelatihan Jurnalistik ala santri itu diikuti 70 peserta. Mereka terdiri dari unsur pelajar Mualimin Mualimat, Akper, Akbid, SMA, MA, SMP dan MTs di bawah naungan Pesantren Al Hikmah 2. Datang juga peserta dari perwakilan koordinator daerah alumni santri ponpes Al Himah 2 seperti Histe, Hisba, Rotib, Itobsi, Isaba, Tiksas dan Imja.

Dengan beralaskan permadani hijau, peserta duduk dengan takzim mengikuti sesion demi sesion. Selain teori, peserta juga dilatih praktek cara membuat tulisan yang baik untuk media masa sehingga bisa dimuat di suatu media.

Wasdiun, nara sumber dari NU Online menyajikan materi Bentuk-bentuk Tulisan Jurnalistik dan Menulis Yang baik dan Benar. Sementara Wahidin Soedja dari Harian Suara Merdeka menyajikan makalah tentang reportase.

Meski hanya dua narasumber, tapi pelatihan yang berlangsung dari pagi hingga sore hari itu berlangsung sukses. Terbukti, para peserta dengan antusias mengikuti jalannya pelatihan dan berinteraksi dengan nara sumber secara aktif.
Sebagai tindak lanjut, menurut Pimred El-Waha Ahmad Najib Afandi, peserta akan membentuk kelompok-kelompok penulis pesantren. “Minimal, mereka bisa menjadi kontributor majalah kami,” pungkasnya. (was)


Terkait