Pasuruan, NU Online
Penolakan terhadap korupsi terus mengalir dari sejumlah kalangan, salah satunya dari para kaum santri yang dengan tegas berkomitmen menolak adanya korupsi melalui sebuah puisi. Hal itu seperti yang dilakukan puluhan santri Pondok Pesantren Darul Ulum Karangpandan, Kecamatan Rejoso, Kabupaten Pasuruan.
<>
Para santri yang biasa mengaji kitab kuning tersebut, Ahad malam itu menggelar sebuah acara yang dikemas berupa "Jagongan Budaya". Dalam acara yang bertajuk "Dengan Puisi, Kutolak Korupsi itu" itu, mereka secara bergantian mendeklamasikan puisi-puisi yang berisikan tentang penolakan terhadap korupsi.
Acara ini sendiri juga sekaligus merupakan salah satu rangkaian dari road show Puisi Menolak Korupsi. Sebuah gerakan sejumlah penyair Indonesia yang berusaha memberikan pendidikan nilai antikorupsi kepada siapa saja, baik masyarakat umum maupun kaum santri.
Turut hadir dalam acara itu belasan penyair dari berbagai daerah di Tanah Air, diantaranya yaitu: Koordinator Gerakan Puisi Menolak Korupsi, Sosiawan Leak (Solo), Agustina Thamrin (Banjarbaru Kalimantan Selatan), Syarifuddin Arifin (Padang), Bambang Eka Prasetya (Magelang), Muhammad Lefand (Sumenep), Dimas Indiana Senja (Brebes), Lukni Maulana (Semarang), Arafat Ahc (Demak), Aloet Pati (Pati), Suryahadi (Riau), Rizki Indah Ferina (Magelang), serta beberapa penyair lainya.
Pantauan NU Online, acara menjadi semakin meriah ketika sejumlah santri setempat menampilkan parade puisi dengan berkolaborasi antara teatrikalisasi dan musikalisasi puisi. Bahkan, terdapat salah satu parade puisi yang dibacakan 9 santri Darul Ulum Karangpandan ini, sempat menarik perhatian para undangan. Pasalnya puisi yang dibacakan para santri itu layaknya seperti membaca sebuah nadzoman kitab dengan diiringi alat musik tradisional.
Koordinator PMK, Sosiawan Leak mengatakan, bahwa road show yang dilakukannya di Ponpes pimpinan KH. Ishomuddin Mashum itu, merupakan road show yang ke-26. "Sebelumnya kami sudah menggeber road show ini ke beberapa daerah lainnya di Indonesia, dan sekarang ini baru giliran di Pasuruan," ucap penyair asal Solo tersebut.
Selain itu, Leak menjelaskan, gerakan PMK mengambil posisi sebagai gerakan kultural untuk melengkapi gerakan lainnya yang dilakukan sejumlah unsur dari berbagai lapisan masyarakat. "Gerakan ini tentu saja menjadi media dan sarana bagi penyair untuk menyatakan sikap tegas menolak nilai-nilai kehidupan yang korup," terangnya kepada NU Online saat ditemui seusai acara.
Sementara itu, Haedar Hafidz selaku pengasuh Pondok Pesantren Darul Ulum mengatakan, bahwa dengan adanya acara semacam ini, pihaknya ingin memberikan wawasan mengenai pentingnya pendidikan anti korupsi kepada para santrinya.
"Wawasan mengenai korupsi perlu ditanamkan kepada para santri. Sebab korupsi harus diperangi, lantraran ini merupakan jihad," pungkas pria yang juga pendiri Rumah Sastra tersebut. (shohibul hujjah/mukafi niam)