Daerah

Kesehatan Reproduksi Perlu Dikenalkan pada Remaja

Sabtu, 20 Juli 2013 | 07:39 WIB

Yogyakarta, NU Online
Masa remaja yang merupakan masa peralihan dari kanak-kanak ke dewasa adalah salah satu masa tersulit serta terawan sepanjang perkembangan hidup manusia. Bagaimana tidak, banyak sekali terjadi perubahan dalam diri seseorang yang mengalami masa tersebut. Mulai dari perubahan psikologis hingga perubahan secara fisik. Berbagai perubahan tersebut, lebih-lebih yang secara fisik, harus segera dikenalkan pada diri remaja. 
<>
Hal ini yang coba direspon oleh panitia MOPDB (Masa Orientasi Peserta Didik Baru) SMK Ma’arif 1 Tompeyan lewat materi Kespro yang disampaikan oleh Muhammad Wildan Albi Selasa (16/7) di ruang TPA-TKA Tompeyan. 

Dalam kesempatan tersebut, Muhammad Wildan Albi yang akrab disapa Wildan ini banyak membahas tentang perkembangan tubuh manusia, seks bebas serta bahaya yang ditimbulkan, kesehatan alat reproduksi, serta penyalahgunaan organ vital beserta konsekuensi yang ada. 

“Peralihan dari SMP ke SMA itu merupakan masa peralihan masa kanak-kanak ke dewasa. Jadi mereka perlu tahu perkembangan biologis mereka,” ungkap alumni FK (Fakultas Kedokteran) UGM yang menjabat sebagai pengurus wilayah IPNU DIY ini kepada NU Online pada Jum’at (19/7). 

Pihaknya juga menegaskan, jika materi seputar kesehatan reproduksi tidak diberikan kepada para remaja, khususnya para peserta MOPDB, akan timbul berbagai konsekuensi yang tidak diinginkan. 

“Dampaknya banyak banget. Karena keinginan remaja atau anak yang sedang pada masa puber untuk tahu tentang dirinya itu sangat banyak. Biasanya mereka akan bertanya ke teman mereka. Karena temannya masih sebaya jadi ya sama-sama tidak tahunya. Dan mereka bisa salah dalam tata laksana. Dan kesalahan itu bisa turun-temurun,” ungkap kader muda NU yang pernah berproses di PC IPNU Kota Yogyakarta ini. 

Pihaknya juga menyayangkan wawasan seputar kespro ini belum popular di Indonesia, apalagi dijadikan materi dalam MOPDB. Oleh karenanya, pihaknya bahkan mengusulkan agar materi ini masuk dalam kurikulum ekstra sekolah. 

“Kalau bisa kespro ini masuk ke dalam kurikulum ekstra. Atau jika tidak, kegiatan ini jangan hanya berhenti di sini saja. Sekolah bisa mengadakan pembahasan tentang ini secara rutin, atau mendatangkan dokter secara berkala,” ujarnya. 


Redaktur    : Mukafi Niam
Kontributor: Nur Hasanatul Hafshaniyah


Terkait