Daerah

Kegigihan KH Ahmad Tarsyudi Memperjuangkan Pendidikan Islam di Brebes

Kamis, 11 Mei 2017 | 08:30 WIB

Brebes, NU Online
Pendiri Pondok Pesantren Al-Falah Jatirokeh, Songgom Brebes, KH Ahmad Tarsyudi adalah perintis lahirnya pendidikan Islam di daerah tersebut. Kegigihannya dalam mengembangkan pendidikan Islam menjadikan sosok kiai kampung ini didapuk menjadi Bapak Pendidikan Islam Brebes. 

“Abah KH Ahmad Tarsyudi merupakan sosok yang tidak gila harta, tetapi ilmu lebih utama,” kata KH Nasrudin, putra ke-3 KH Ahmad Tarsyudi pada acara bedah buku Damar Peradaban; Keteladan KH Ahmad Tasyudi karya Mohammad Andi Hakim di Brebes, Rabu (10/5) malam. Hadir sebagai pembanding Moh Iqbal Tanjung.  

Diceritakan Nasrudin, sosok Abah Tarsyudi adalah pribadi yang sabar, qonaah, menjaga terhadap hal-hal yang haram. “Beliau menolak pemberian tanah rampasan oleh Belanda karena baginya haram. Lebih baik lapar ketimbang memakan yang haram. Tidak pernah pendendam, pembenci meskipun dirinya didzolimi,” kata Nasrudin. 

“Salah satu hal yang luar biasa adalah keseimbangan antara kekuatan batin, wawasan kebangsaaan, dan konsep pendidikan menyatu dalam dirinya dan termanifestasikan dalam hidup dan lakunya,” ujar Nasrudin yang juga mantan Ketua DPRD Kabupaten Brebes.

KH Ahmad Tarsyudi memiliki empat orang anak yang kini masing-masing memiliki pondok pesantren. KH Sofwan Tarsyudi mendirikan pesantren Al Falah Sofwaniyah di Jatirokeh, KH Mas Mansyur Tarsyudi mendirikan pesantren Al Falah Salafy. Kemudian KH Nasrudin mendirikan pesantren modern Al Falah, dan KH Ayatullah mendirikan pesantren Al-Qur’an Gumawang Pekalongan.

Menurut penulis, buku setebal 175 halaman ini bukanlah biografi namun hanya nukilan sejarah KH Ahmad Tarsyudi. Dikarenakan penulis tidak mendapatkan penuturan secara langsung dari “Sang Damar Peradaban” sehingga tidak disebut sebagai biografi. 

Buku tersebut menggambarkan keteladanan dan pribadi Kiai Kampung yang disebutkan sebagai manusia langka di dunia. Karena dalam dirinya, berislam tidak hanya dalam bentuk tutur kata tetapi lebih dari itu. Islam tampak begitu memancar dalam hati, fikir dan perilaku keseharianya.. 

“Mbah Tarsyudi, benar-benar bali desa mbangun desa. Karena dari petualangannya mencari ilmu dari berbagai pesantren kemudian pulang menumpahkan ilmunya untuk mendidik masyarakat Jatirokeh dari ‘jahiliyah’ menjadi ‘ilmiah’,” katanya.

Bedah buku ini merupakan rangkaian Haul ke-28 KH Ahmad Tarsyudi. (Wasdiun/Zunus) 


Terkait