Daerah

ISNU Jombang Ingatkan Tokoh untuk Jaga Akhlak

Rabu, 14 November 2018 | 01:45 WIB

ISNU Jombang Ingatkan Tokoh untuk Jaga Akhlak

KH Ahmad Kanzul Fikri (kanan)

Jombang, NU Online
Pimpinan Cabang Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (ISNU) Kabupaten Jombang Jawa Timur bidang pendidikan, KH Ahmad Kanzul Fikri meminta para tokoh dan politikus agar tak memanfaatkan kebesaran nama tokoh Nahdlatul Ulama (NU) apalagi sampai lupa menjaga akhlak kepada tokoh tersebut.

"Menjadi pelajaran bagi para tokoh dan politikus, agar moment pemilihan presiden dan pemilihan legislatif tidak sekedar meraih simpati publik dengan cara ziarah kubur tokoh NU tapi mengabaikan aspek etika dan sopan santun. Politik hanya kepentingan lima tahun sekali, tapi nama besar tokoh NU akan abadi," katanya kepada NU Online, di Jombang, Jawa Timur, Rabu (14/11).

Pernyataan ini disampaikan olehnya setelah melihat kasus tokoh politik yang ceroboh saat mendatangi makam KH Bisri Syansuri. Perbuatan tokoh politik ini membuat kegaduhan dan kemarahan sebagian santri Jombang. Sehingga berujung jalan kaki dari titik nol Ringin Contong di Jalan KH Wahid Hasyim ke Pesantren Mamba'ul Ma'arif Denanyar.

"Setiap orang, apalagi tokoh, haruslah mengetahui adab di manapun ia berada, termasuk adab ziarah kubur. Karena mereka pengikut fanatik, kita khawatir juga perbuatan ngawurnya ini ditiru banyak pengikutnya, bisa kacau kalau kayak begini," tambahannya.

Direktur Pesantren Al-Aqobah Jombang ini juga merasa aneh bila ada sosok tokoh yang tidak tahu tata cara ziarah makam ulama. Apalagi peristiwa itu terjadi di makam KH Bisyri Syansuri yang merupakan tokoh besar NU, ulama dan pejuang nasional.

"Sangat aneh jika tokoh tidak mengetahui tata cara berziarah ke makam seorang panutan umat. Seharusnya timnya yang di lapangan sudah menyiapkan. Bisa tanya sana-sini kok," tambah pria yang biasa dipanggil Gus Fikri.

Gus Fikri juga mengingatkan kepada yang berbuat salah jangan takut minta maaf. Begitu pula bagi yang dimintai maaf jangan pelit memberikan maaf. Karena hakikatnya, kita semua warga negara Indonesia yang cinta damai. 

"Harus minta maaf lah, kalau sudah minta maaf baru namanya bertanggung jawab. Tapi jangan diulangi lagi. Kalau ada yang minta maaf, maka sebaiknya dimaafkan," tandasnya. (Syarif Abdurrahman/Muiz)


Terkait