Daerah

ISNU Ajak Lembaga Pendidikan Galang Dana untuk Korban Bom Bunuh Diri

Sabtu, 19 Mei 2018 | 23:30 WIB

ISNU Ajak Lembaga Pendidikan Galang Dana untuk Korban Bom Bunuh Diri

Aksi solidaritas guru (foto: istimewa)

Surabaya, NU Online
Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (ISNU) Surabaya menginisiasi penggalangan dana untuk korban bom bunuh diri di Surabaya beberapa waktu yang lalu dengan mengajak 40 lembaga pendidikan yang ada di Surabaya.

"Dalam dua hari kami berhasil mengumpulkan dana solidaritas sebesar Rp 24.250.000. uang tersebut didapat dari 40 sekolah yang tergabung dalam Terang Surabaya," ujar Yasin Wijaya, Ketua Yayasan Indonsesia Sejahtera Barokah.

Dari dana yang terkumpul, langsung disalurkan ke korban bom bunuh diri melalui dua pendeta perwakilan dari GPPS Arjuno dan GKI Diponegoro. Suasana haru tak terelakkan ketika puluhan para guru memberikan dana solidaritas cinta.

Yasin mengaku takjub saat para guru dan kepala sekolah bahu membahu mengumpulkan dana solidaritas cinta. Sebab, 40 kelompok tersebut terbilang pra sejahtera lantaran gaji pokok guru yang masih rendah.

Mohammad Sholeh selaku kepala sekolah SD Hidayatur Rohman Surabaya mengaku tergugah untuk membantu karena para korban adalah saudara. Lalu Ia berinisiatif untuk menghubungi 10 para kepala sekolah untuk membantu para korban bom bunuh diri yang menimpa 3 gereja di Surabaya.  

"Ini aksi nyata kami menggalang dana untuk saudara-saudara yang mengalami musibah bom bunuh diri. Hari itu juga 10 sekolah tersebut mentransfer dana solidaritas cinta," katanya.

Kegiatan penggalangan dana dimotori ISNU, Yayasan Indonesia Sejahtera Barokah dengan sejumlah organisasi lain di antaranya Ikatan Sarjana Katolik Indonesia, Maarif Institute AGPAII menggelar acara bertajuk Islam dalam bingkai Keindonesiaan dan Kemanusian di Ciputra Hall, Surabaya, Sabtu (19/5).

Acara ini dihadiri oleh Buya Syafii Maarif serta ratusan mahasiswa dan para guru. Acara ini diisi oleh diskusi-diskusi singkat mengenai islam, doa bersama serta ditutup oleh pembagian dana solidaritas cinta dari untuk dua korban bom bunuh diri.

Ia melanjutkan, tujuan diadakannya acara ini yakni untuk membangkitkan rasa toleran antar umat beragama.

Dikutip dari tribunews.com, Sholeh mengatakan, bantuan tersebut murni dari para guru. Kami ingin menunjukan meski beragam agama kami tetap bersaudara.

"Sekolah yang mengumpulkan dana solidaritas cinta di bawah naungan komunitas terang. Dalam agama manapun bom bunuh diri tidak dibenarkan. Itu ideologi rongsokan," ujarnya seraya menirukan pernyataan Buya Syafii soal ideologi terorisme.

Saat puluhan guru tersebut membentangkan banner dana solidaritas cinta diatas panggung ditemani dua pendeta dari gereja GKI Diponegoro dan GPPS Arjuno suasana haru pun terasa. 

Mata dua pendeta tersebut terlihat berkaca-kaca karena tersentuh dengan aksi solidaritas yang dilakukan oleh para guru yang beragama Islam. Wahyu Pramudia selaku pendeta perwakilan dari GKI Diponegoro mengaku terharu saat salah satu guru meminta maaf karena kejadian bom bunuh diri.

"Saya terharu saat salah seorang guru meminta maaf kepada kami," ucapnya.

Wahyu mengatakan, sangat berterima kasih atas dana solidaritas yang dikumpulkan oleh para guru, selanjutnya Ia akan menyalurkannya ke GKI Diponegoro.

"Yang pertama mereka bagi adalah hatinya," pungkas Wahyu. (Red: Muiz)


Terkait