Daerah

IPNU-IPPNU Pati Gelar Seminar Pencegahan AIDS

Senin, 17 November 2008 | 04:53 WIB

Pati, NU Online
Virus HIV/AIDS merupakan penyakit ganas yang belum ada obatnya. Hal ini mengakibatkan masyarakat cenderung memandang korban AIDS sebagai manusia berdosa yang dikucilkan. Padahal, sebenarnya korban HIV/AIDS hendaknya dipahami bukan lantas dihindari.

Demikian disampaikan Nirwondo, M.Si, Sekjen Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Jawa Tengah dalam seminar dan dialog generasi muda bertajuk ”Ancaman dan Strategi Pencegahan HIV/AIDS” yang diselenggarakan oleh Pengurus Cabang Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) dan Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU) Kabupatan Pati, di Pondok Pesantren Ar-Raudlah, Kajen, Margoyoso, Pati. Agenda ini juga dihadiri oleh Ali Mansyur HD (Anggota DPRD Jateng).<>

Nirwondo menyebutkan, bahwa per 31 Oktober 2008, warga Jateng yang terinveksi HIV/AIDS sejumlah 1.861. ”Angka ini sebenarnya cukup tinggi, untuk itu, harus ada kesadaran dari berbagai elemen warga agar mencegah inveksi HIV/AIDS. Caranya, menghindari hubungan seksual yang menyimpang,” tandasnya.

Selain itu, Nirwondo juga mengingatkan, jangan sampai mengucilkan penderita HIV/AIDS. ”Kalau kita mengucilkan penderita HIV/AIDS, sama saja dengan membunuhnya pelan-pelan. Kita sebaiknya menghibur dan memberi semangat, agar penyakitnya cepat sembuh. Tak ada obat yang lebih mujarab selain semangat”.

Dalam kesempatan ini, hadir pula mantan penderita HIV/AIDS asal Semarang, Felix (27). Felix bercerita bahwa, sebenarnya dirinya tak sadar terinveksi HIV/AIDS. ”Saya tak sengaja terkena HIV/AIDS. Sewaktu bergaul dengan teman-teman kuliah, hasrat seksual saya tak tersalur secara normal,” ujar Felix.

Akan tetapi, Felix merasa bersyukur, karena dirinya sudah dinyatakan bebas dari HIV/AIDS. ”Beruntung sekali, keluarga mendampingi dan mendukung proses penyembuhan saya. Terapi yang saya lakukan, menjadi efektif hasilnya,” tandas Felix.

Lebih lanjut, Nirwondo menyampaikan bahwa, bukan tidak mungkin pelajar dan santri menjadi mangsa empuk inveksi HIV/AIDS. ”Walaupun sudah mengikuti etika agama yang ketat, bukan tidak mungkin pelajar dan santri yang hidup di sekitar pesantren, menjadi sasaran HIV/AIDS. Faktor keturunan dan penggunaan jarum suntik yang tidak higienis, dapat menjadi penyebab,” ungkap Nirwondo.

Untuk itu, Nirwondo menyebutkan bahwa, sebaiknya pelajar dan santri lebih hati-hati menjaga kebersihan lingkungan dan bergaul secara etis. Sekretaris IPNU Pati, Abdul Hamid, menegaskan bahwa, IPNU-IPPNU Pati akan terus melakukan proses advokasi dan kampanye pencegahan HIV/AIDS.

”Sebagai bagian organisasi kepemudaan, menjadi tanggung jawab kami untuk menghindarkan virus HIV/AIDS di kalangan pelajar dan generasi muda”, tegas Hamid. (ziz)


Terkait