Mataram, NU Online
Pimpinan Wilayah IPNU dan IPPNU Nusa Tenggara Barat (NTB) akan menggelar dialog nasional yang membahas berbagai kasus bernuansa SARA (suku, agama, ras, antara golongan) yang terjadi dalam proses demokrasi 2014.<>
Sepanjang tahun 2014 ini bangsa Indonesai menjalani proses demokrasi mulai dari pemilihan anggota legislatif hingga pemilihan presiden dan wakil presiden sampai upacara pelantikan. Imbas dari semua itu nampak jelas dalam kehidupan sosial dan beragama.
“Tidak sedikit di antara pendukung kelompok saling menyudutkan para calon dengan isu SARA dan saling tebar fitnah dan sejenisnya,” kata Irpan Suriadiata, Ketua PW IPNU NTB.
Dialog nasional tersebut akan diselenggarakan di auditorium IAIN Mataram dengan tema “Kebebasan bergama pasca pilpres”, Sabtu (29/11). Ditargetkan 200 peserta dari unsur OKP, Ormas, BEM dan Toga lintas kepercayaan dan keyakinan beragama akan mengikuti kegiatan.
“Isu ini menjadi pusat perhatian bagi IPNU-IPPNU NTB karena dianggap paling rawan dan berpotensi menghilangkan nilai pancasila dan penting dilakukan karena jika tidak mulai dari sekarang lalu kapan?” kata Irpan.
“Agama sering kali dijadikan alat meyalahakan satu sama lain dan saling mengklaim bahwa penganut agama atau keyakinannya yang lain selain dirinya tidak bisa jadi pemimpin dan menentang keras pada saat pemilihan,” tambahnya.
Sentimen SARA itu sangat bertentangan dengan prinsip kebangsaan Indonesia, kata Irpan di kantornya Jalan No 99 NU Lingkungan Nyangget Slagalas Kota Mataram.
“IPNU-IPPNU NTB akan tetap mengawal kedamaian dan kenyamanan bagi umat lain sesuai keyakinanya masing-masing karena Islam adalah rahamatal ‘alamin yaitu ramat bagi alam dan isinya,” tutupnya. (Samsul Hadi/Anam)