Jakarta, NU Online
Pimpinan Cabang Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) dan Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU) menggelar pelatihan daur ulang kertas bekas, Ahad (5/5) di Jl. Dwidarma C RT 01/01 Kelurahan Kartini, Sawah Besar, Jakarta Pusat.
<>
Friyadi Maulana, Ketua PC IPNU Jakarta Pusat, mengatakan, acara tersebut berguna untuk meningkatkan sumber daya manusia (SDM) anggota dan pengabdian kepada masyarakat.
“Program ini adalah bagian dari agenda tahunan Pengurus Cabang IPNU – IPPNU Jakarta Pusat,” kata Friyadi di Jakarta, Ahad (5/5/2013).
Acara tersebut setidaknya diikuti oleh 120 kader IPNU-IPPNU yang berasal dari 8 Pimpinan Anak Cabang di Jakarta Pusat, mencakup Menteng, Johar Baru, Senen, Gambir, Cempaka Putih, Kemayoran, Tanah Abang, dan Sawah Besar.
Menurut Friyadi, kegiatan daur ulang dilatarbelakangi oleh tumpukan sampah kertas yang setiap hari terus bertambah di kampus STAINU Jakarta, yang cenderung mengganggu pandangan mata karena terlihat berserakan dan membuat suasana lingkungan menjadi semrawut.
Padahal, menurutnya, sampah memiliki banyak nilai guna apabila diolah, seperti manfaat ekonomis, manfaat ekologis, sosial, hingga manfaat dari sisi budaya.
Secara ekonomis, daur ulang dapat mengurangi potensi biaya yang ditimbulkan oleh sampah, sekaligus mendatangkan potensi pendapatan dari berbagai produk yang dibuat dari hasil daur ulang.
Adapun manfaat lingkungan, daur ulang dapat mengurangi jumlah sampah yang merupakan sumber polusi, baik polusi udara, polusi tanah, ataupun polusi air, terutama sampah kertas yang sebagian terbuat dari plastik.
Sementara itu, dari sisi sosial, daur ulang membawa manfaat berupa penciptaan lapangan kerja yang berarti mengurangi angka pengangguran, sehingga masalah-masalah sosial pun dapat berkurang.
Sedangkan dari sisi budaya, daur ulang akan merangsang masyarakat untuk selalu mengimplementasikan budaya kebersihan, serta menimbulkan kreatifitas untuk mendayagunakan barang-barang yang selama ini tidak terpakai.
Mahasiswa STAINU itu mengatakan, daur ulang itu bukti mahasiswa kritis dalam melihat global warming karena sampah adalah salah satu faktor yang menimbulkan pemanasan global.
Redaktaur: Mukafi Niam