Daerah

IPNU-IPPNU Harus Bisa Membentengi Pelajar

Sabtu, 15 Juni 2019 | 12:00 WIB

Jember, NU Online
Setelah Ramadhan atau tepatnya lebaran bukan berarti tugas kehambaan manusia semakin berkurang, tapi justru bertambah. Sebab, saat lebaran dan sesudahnya umat Islam dituntut minimal dapat mempertahankan apa yang telah dicapai selama Ramadhan. Ketaqwaan harus semakin meningkat, kerja-kerja keduniaan harus semakin baik.

Hal tersebut diungkapkan Ketua Pimpinan Cabang IPNU Jember, Ardi Wiranata saat memberikan sambutan dalam Halal bi Halal PKPT (Pimpinan Komisariat Perguruan Tinggi) IPNU-IPPNU Universitas Jember di aula gedung GP Ansor Jember, Sabtu (15/6).

Menurut Ardi, salah satu tanda keberhasilan umat Islam menjalani puasa  Ramadhan adalah semakin baik, minimal sama amal ibadahnya dengan saat masih Ramadhan.

“(Puasa Ramadhan) Ibarat sekolah, maka sesudah keluar dari sekolah, harus tambah pintar,” tukasnya.

Ardi berharap agar lebaran dapat dijadikan momentum untuk mempererat tali silaturrahim sekaligus menebalkan ghirah terhadap organisasi. Sebab tanpa ghirah, maka semangat berorganisasi menjadi melempem, dan lama-kelamaan hilang sama sekali rasa cinta terhadap organisasi.

“Padahal NU didirikan oleh ulama sebagai wadah perjuangan, dan IPNU-IPPNU dibentuk untuk menyokong eksistensi NU,” tambahnya.

Alumnus Politeknik Pertanian Jember itu menambahkan, kader NU harus pandai-pandai mengasah diri untuk membesarkan organisasi. Jika oganisasi (IPNU-IPPNU) besar, maka masyarakat akan dapat manfaatnya.

“Banyak yang bisa kita perbuat melalui organisasi ini. Kita bisa memberi pelayanan yang lebih bagi masyarakat,” lanjutnya.

Lebih jauh Ardi menegaskan bahwa berorganisasi bukan untuk gagah-gagahan. Sedari awal nawaitu-nya masuk IPNU-IPPNU adalah untuk mengabdi dan melestarikan ajaran Ahlussunnah wal Jamaah (Aswaja). Oleh karena itu, organisasi harus mampu membentengi pelajar dari rongrongan ajaran yang tidak sesuai dengan nafas Islam ala Ahlissunnah wal Jamaah.

“Di manapun kita harus bisa membentengi adik-adik kita dari ajaran yang  menyimpang, dari pergaulan yang tidak sehat, dari degradasi moral dan sebagainya,” pungkasnya. (Aryudi AR).


Terkait