Daerah

IPNU dan IPPNU Kalimantan Barat Gelar Dialog Kebangsaan

Sabtu, 1 Desember 2018 | 15:00 WIB

Pontianak, NU Online
Sebagai rangkaian dari Latihan Kader Utama (Lakut), Pimpinan Wilayah (PW) Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) dan Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU) Kalimantan Barat (Kalbar) menggelar dialog kebangsaan. 

Tema yang diangkat adalah Meningkatkan Nasionalisme Pelajar terhadap Pengaruh Paham Radikalisme. Kegiatan diselenggarakan di aula Kencana Badan Kependudukan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Kalbar, jalan Dr Sudarso Pontianak. Jumat (30/11).

Kegiatan dihadiri utusan dari Kepolisian Daerah (Kapolda) Kalbar, pelajar muda, Pimpinan Pusat IPPNU, Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Kalbar serta Forum Komunikasi Umat Beragama (FKUB) provinsi setempat.

Akbp Munizar selaku Kasubdit Direktorat Intelejen Keamanan Polda Kalbar memaparkan radikalisme yang berkembang di zona Kalbar. 

“Keberadaannya harus diminimalisir dengan keikutsertaan dari kalangan pelajar generasi muda dengan mengikuti kegiatan organisasi yang berdampak positif,” katanya. Dan tentunya tetap menjaga empat pilar kebangsaan sebagai keutuhan negara dan bangsa Indonesia tercinta, lanjutnya.

Dalam pandangannya, radikalisme adalah paham atau keyakinan yang bisa menjadi benih penyebab seorang berbuat teror atau aksi terorisme. “Ajakan jihad yang dilakukan oleh para oknum yang tidak bertanggung jawab selalu mengajak orang lain yang pengetahuannya minim akan agama untuk dijadikan objek sasaran pelaku teror,” ungkapnya.

Endah Sugiarti memberikan sudut pandang secara garis prosesi kaderisasi. Bahwa IPNU dan IPPNU sebagai tombak awal untuk menanamkan rasa nasionalisme. “Yakni dengan yang biasa kita kenal dalam pengkaderan sebutan hubbul wathan minal iman atau cinta tanah air sebagian dari iman,” jelas Pimpinan Pusat IPPNU ini.

Dalam pandangannya, generasi muda tidak cukup melihat dari casing atau penampilan luar terkait masalah beragamanya. “Karena masih banyak yang minim akan pengetahuan tentang agama, meski penampilannya meyakinkan,” ujarnya. 

Dalam diskusi sekalipun harus diimbangi dengan pengetahuan agama dan umum yang dapat berjalan selaras dalam menjaga keutuhan Negara Kesatuaan Republik Indonesia. “Dan tentunya perbanyak  membaca sebagai upaya menangkal radikalisme dengan tidak membagi informasi dalam gadget di media sosial kita,” katanya.

Dirinya kemudian menyampaikan data survey membuktikan bahwa wilayah paling harmonis adalah Kalbar yakni 72.4 Persen. “Namun sangat disayangkan lebih harmonis adalah wilayah Nusa Tenggara Timur yang 82,4 persen lebih minim radikalisme,” ungkapnya.

Ia membayangkan jika kegiatan di setiap level organisasi masih konsisten dalam menebar kebaikan seperti IPNU dan IPPNU, akan mampu bergandengan serta dapat berdampingan dengan apatur pemerintahan keamanan dengan pihak kepolisian daerah. 

“Maka segala aktifitas yang berakar dari pelajar di sekolah umum dan negeri seperti Rohis atau biasa disebut rohani Islam akan dapat tercegah,” urainya. 

Karena dampak dari anggota Rohis yang hanya bersanad pada sumber google tanpa guru dapat berpengaruh negatif. “Dan bahayanya lagi mereka bisa menyebar ke tingkat perguruan tinggi dengan mengikuti pendidikan karakter,” keluhnya. Sedangkan tutor yang ada di dalamnya hanya mengandalkan al-Qur'an terjemahan tanpa mengetahui asbabun nuzul, lanjutnya.

Cara efektif untuk generasi muda NU bagaimana mampu masuk ke rumah mereka untuk menyelamatkan dan mengajak ke jalan yang lebih baik. “Tentunya kita harus mampu dan peka terhadap informasi yang berkembang. Jangan sampai akar tersebut tumbuh berkembang menjadi pohon yang akan mengganggu sistem tatanan negara yang heterogen ini terpecah belah,” tandasnya. (Ulil/Ibnu Nawawi)


Terkait