Temanggung, NU Online
Menyambut perkuliahan tahun akademik 2018-2019, program studi (Prodi) Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) Sekolah Tunggi Agama Islam Nahdlatul Ulama (STAINU) Temanggung, Jawa Tengah menggelar rapat kerja. Kegiatan juga sebagai sarana sosialisasi visi misi yang berlangsung di aula MI Ma'arif Asmaul Husna Kemloko, Kranggan.
Pada kesempatan itu hadir jajaran dosen PGMI, mahasiswa, guru, siswa-siswi, komite MI Ma'arif Asmaul Husna, tokoh masyarakat dan perangkat desa setempat.
Kepala program studi (Kaprodi) PGMI STAINU Temanggung, Hamidulloh Ibda mengatakan kurikulum yang diterapkan sejak 2017 sudah menerapkan Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) dan Standar Nasional Pendidikan Tinggi (SNPT). "Sebagai penciri universitas sampai tingkat program studi, kami mengusung visi berat yaitu Aswaja Annahdliyah,” katanya Jumat (10/8).
Karenanya pada visi kampus berbunyi unggul dalam bidang ilmu pendidikan dasar Islam dan teacherprenuership berwawasan Ahlussunnah wal Jamaah Annahdliyah. “Dan ini menjadi cirri khas kami sebagai lembaga di bawah naungan NU," ungkapnya.
Dijelaskannya pula, mahasiswa yang kuliah di PGMI tidak perlu berkecil hati karena kurikulum saat ini sama. “Bahkan, persamaan itu sudah pada tataran teknis berupa gelar yang awalnya SPdI atau sarjana pendidikan Islam menjadi SPd atau sarjana pendidikan,” jelasnya .
Dia mengemukakan bahwa sebagai peletak fondasi pertama, baik dalam kecerdasan intelektual, spiritual dan emosional, calon guru MI atau SD wajib memiliki paham Aswaja Annahdliyah. “Hak tersebut sebagai gerakan kita dalam mengampanyekan ideologi ramah dan moderat, bukan radikal," beber penulis buku Sing Penting NUlis Terus tersebut.
"PGMI dan PGSD itu sama secara kurikulum,” tegasnya. Bahkan lebih mendalam karena ada nilai plus pada mata kuliah keagamaannya. Karena sesuai bidang kajian, PGMI memiliki nilai plus pada materi PAI MI seperti fikih, Al-Qur’an Hadis, akidah akhlak, SKI, bahasa Arab dan yang lain, lanjutnya.
Lebih lanjut dijelaskan bahwa di PGMI juga ada materi umum seperti Bahasa Indonesia, matematika, IPA, IPS, PKn dan lainnya. “Di situlah salah satu keunggulan PGMI dari PGSD," beber pengurus bidang Penjaminan Mutu Perkumpulan Dosen PGMI Korwil Jateng-DIY tersebut. Selain itu, kata dia, di STAINU dikuatkan dalam mata kuliah Aswaja Annahdliyah, sejarah perkembangan dan pemikiran NU dan Islam Nusantara, lanjutnya.
Dalam sejarahnya, kata dia, dulu Asosiasi Dosen PGMI kurun 2013-2014 sudah melakukan audiensi kepada Dirjen Diktis. "Kemudian melakukan audiensi dengan Kemenpan RB untuk penyetaraan PGMI dan PGSD. Jawaban Kemenpan RB bisa, tapi syaratnya harus terakreditasi minimal B," papar dia.
Kemudian, pada perekrutan CPNS guru SD ada yang sudah menyetarakan. "Seingat saya, yang sudah menyetarakan adalah Kabupaten Banjarnegara, Kota Semarang dan Salatiga. Nah khusus Temanggung, kami ke depan berencana audiensi dengan BKD, Dinas Pendidikan dan Kemenag untuk penyetaraan," terangnya.
Di Semarang, katanya, saat perekrutan guru Non ASN atau PPPK sudah menyetarakan. "Jadi di penguman itu formasinya calon guru kelas SD dengan syarat S1 PGSD/PGMI,” katanya. Ini karena BKD nya sudah paham. Karena yang menentukan syarat dan perekrutan adalah BKD lokal kota atau kabupaten. Sedangkan Kemenpan RB hanya pada menentukan jumlah formasinya, lanjut penulis buku Media Literasi Sekolah tersebut.
Di akhir paparannya, ia kembali mengingatkan tentang visi dari prodi dari kampus. “Yakni visi kami, adalah unggul dalam pendidikan dasar Islam dan teacherpreneurship berwawasan Ahlussunnah Wal Jamaah Annahdliyah pada tahun 2037,” pungkasnya.
Pada Raker dan sosialisasi itu, dirangkai dengan diskusi Prodi dan penandatanganan kesepakatan antara Prodi PGMI dengan MI Ma'arif Asmaul Husna dalam bidang akademik. (Red: Ibnu Nawawi)